Senin 14 Oct 2019 13:27 WIB

Orang Utan Korban Karhutla Terus Dicari

Banyak orang utan yang terdampak kematian atau kelaparan akibat karhutla.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Indira Rezkisari
BKSDA Kalbar dan IAR Indonesia Selamatkan satu Individu Orang Utan yang kehilangan rumah akibat Karhutla di Desa Tanjungpura, Muara Pawan, Kabupaten Ketapang, Kalbar, Sabtu (28/9).
Foto: dok. IAR Indonesia
BKSDA Kalbar dan IAR Indonesia Selamatkan satu Individu Orang Utan yang kehilangan rumah akibat Karhutla di Desa Tanjungpura, Muara Pawan, Kabupaten Ketapang, Kalbar, Sabtu (28/9).

REPUBLIKA.CO.ID, KETAPANG -- Direktur Program IAR Indonesia Karmele Llano Sanchez mengatakan pihaknya bersama elemen pemerintah terus melakukan penyisiran untuk menyelamatkan orang utan yang terdampak kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat. Kermele menyebut sejauh sudah mengevakuasi enam orang utan korban karhutla di Ketapang.

Ia yakin sejak Karhutla marak dimulai Juli hingga Setember sudah banyak orang utan yang mati terbakar. Tidak hanya mati, banyak orang utan yang juga kelaparan.

Baca Juga

“Mereka yang berhasil diselamatkan, adalah yang beruntung karena masih mendapatkan kesempatan untuk bertahan hidup. Tetapi masih banyak orang utan yang mungkin mati dalam kebakaran dan yang tidak bisa selamat karena kekurangan makanan atau dibunuh manusia," kata Karmele, melalui siaran pers yang diterima Republika, Senin (14/10).

IAR Indonesia bersama BKSDA Kalbar dan Babinsa pekan lalu menyelamatkan sepasang ibu dan anak orang utan di Desa Tampurukan, Ketapang. Dua orang utan usia 20 dan 8 tahun tersebut diberi nama Mama Sifa dan Sifa.

Karmele menyebut dengan melihat mata Sifa saat dievakuasi, ia menyimpulkan orang utan mengalami keputusasaan dan ketakutan. Menurut Karmele, penyebabnya tidak lain karena rumah atau habitat orang utan hancur dan hangus dibakar api.

Karmele mengimbau semua pihak agar sama-sama bekerja membantu meminimalisir pembakaran hutan agar habitat berbagai satwa yang dilindungi tidak terganggu. Termasuk orang utan yang harus dilindungi karena sudah masuk dalam stawa yang hampir punah.

“Kita perlu bekerja sangat keras untuk memastikan bahwa tidak akan ada lagi kebakaran hutan. Jika tidak, akan sangat sulit untuk memastikan kelangsungan hidup hewan-hewan ini di alam liar,” ujar Karmele.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement