REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraeni menilai sangat mungkin situasi politik yang ada saat ini mengakibatkan apatisme politik di masyarakat. Pasalnya mereka melihat elite begitu mudahnya berubah sikap dan pendirian politik pasca kontestasi pemilu yang sangat kompetitif dan terpolarisasi yang sedemikian rupa membelah publik.
"Ini juga menjadi pembelajaran politik bagi masyarakat kita untuk tidak mengedepankan militansi politik secara membabi buta, apalagi terbukti elite kita cenderung tidak konsisten dengan sikap politiknya," kata Titi kepada Republika, Ahad (13/10).
Menurutnya selama ini publik sangat militan dalam kompetisi pemilu. Padahal setelah selesai pemilu parpol dengan mudahnya melakukan kompromi politik dengan agenda yang tidak transparan keberpihakannya pada kepentingan konstituen.
"Tentu ini membuat masyarakat bisa merasakan kekecewaan politik yang berakibat apatisme," ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Politik (LIPI) Firman Noor. Menurutnya di satu sisi bergabungnya Demokrat dan Gerindra bisa diartikan sebagai sebuah rekonsiliasi. Namun di sisi lain ada banyak pendukung yang akan merasa disia-siakan.
"Pendidikan politik yang akan terjadi bisa jadi masyarakat apatis di dalam politik dan ini sesuatu hal yang merugikan dalam pembangunan demokrasi," ungkapnya.