Ahad 13 Oct 2019 07:40 WIB

Pengamat Nilai Jokowi Butuh Dukungan Gerindra dan Nasdem

Ada perbedaan pendapat dari poros PDIP dan Nasdem dalam menentukan kabinet.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Andri Saubani
Presiden Joko Widodo (kanan) berjalan bersama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) usai melakukan pertemuan di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (11/10/2019).
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Presiden Joko Widodo (kanan) berjalan bersama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) usai melakukan pertemuan di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (11/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Indo Barometer, Muhammad Qodari menilai adanya 'cinta segitiga' antara Presiden terpilih Joko Widodo, Teuku Umar dan Gondangdia. Dua lokasi terkahir dimaksudkannya sebagai representasi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Nasdem.

Qodari menilai, ada perbedaan pendapat dari poros PDIP dan Nasdem dalam menentukan menteri di kabinet 2019-2020. Sehingga, hal tersebut membuat goyah Jokowi dan partai koalisi pendukungnya.

Baca Juga

"Pak Jokowi memerlukan dua-duanya, tapi dua-duanya juga punya motivasi berbeda. Misal dari poros Gondangdia, tidak mau ada partai baru masuk karena jatah menterinya bisa berkurang. Tapi dari kacamata Teuku Umar ya mungkin memikirkan nanti 2024 barangkali bisa koalisi dengan Partai Gerindra," ujar Qodari di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (12/10).

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu juga dinilai ingin mengakomodir keinginan dari partai pendukungnya soal jatah kursi menteri. Sembari, meningkatkan kekuatannya dengan menggandeng partai oposisi yang sebelumnya menjadi lawan.

"Hal inilah yang menyebabkan sulitnya mengambil langkah negosiasi yang berujung pada win-win solution," ujar Qodari.

Jika Jokowi mengakomodir semua hal itu, ia menyebut bahwa kursi menteri akan membengkak nantinya. Karena, harus memikirkan jatah untuk partai pendukungnya dan juga oposisi yang sudah menyatakan niatnya untuk bergabung.

"Saya sekarang melihat koalisi baru 60 persen. Kalau 60 persen kan ada apa-apa nanti tinggal 50 persen, susah. Jadi mau tambah kursi partai menjadi 70 persen," ujar Qodari.

Terkait oposisi yang menyatakan niatnya untuk bergabung, ia menilai Partai Gerindra berpeluang besar masuk ke dalam kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin ketimbang Partai Demokrat. Sebab, hubungan antara Prabowo Subianto dan petinggi PDIP masih terjalin dengan baik.

Selain itu, ia melihat masih kurang baiknya hubungan antara Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), akan menjadi pertimbangan. Apalagi, Partai Demokrat disebutnya kurang menjalin komunikasi dengan partai-partai pendukung Jokowi.

"Hubungan pribadi Ibu Mega dengan SBY dan Prabowo berpengaruh. Mana hubungannya yang paling baik, itu yang lebih berpeluang untuk masuk (kabinet)," ujar Qodari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement