Jumat 11 Oct 2019 10:56 WIB

Menkeu: Kualitas SDM Indonesia Harus Diubah

Sisi kualitas SDM tertinggal jauh sehingga masih banyak yang perlu diperbaiki.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Esthi Maharani
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menghadirkan Menteri Keuangan  (Menkeu) RI, Sri Mulyani sebagai pembicara dalam kegiatan orasi ilmiah di  Hall Dome UMM, Malang, Kamis (10/10).
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menghadirkan Menteri Keuangan (Menkeu) RI, Sri Mulyani sebagai pembicara dalam kegiatan orasi ilmiah di Hall Dome UMM, Malang, Kamis (10/10).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) harus diubah untuk menghadapi masa depan bangsa. Perubahan tersebut penting agar Indonesia dapat menjadi negara lebih maju.

"Kalau enggak mampu ubah kualitas SDM, Indonesia akan mengalami penuaan," kata Menteri Keuangan (Menkeu) RI, Sri Mulyani di Hall Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Seperti diketahui, bonus demografi Indonesia sangat baik sehingga menjadi sinyal positif bagi bangsa. Jumlah generasi muda yang lebih banyak seharusnya mampu memberikan kesempatan Indonesia untuk maju. Hanya saja, ini semua bergantung pada pelatihan dan pendidikan yang didapatkan mereka.

Sri Mulyani tak menampik, jumlah penduduk Indonesia unggul dibandingkan negara-negara maju lainnya. Hal ini apabila dibandingkan dengan Korea Selatan, Malaysia dan sekitarnya. Namun sayangnya, sisi kualitas negara tertinggal jauh sehingga masih banyak yang perlu diperbaiki.

Dia mencontohkan bagaimana pendidikan umum Sumber Daya Manusia (SDM). Sebesar 41 persen tenaga kerja Indonesia hanya lulusan SD. Jika disatukan dengan lulusan SMP, maka jumlahnya sekitar 68 persen. "Ini jelas jadi tantangan besar kita," katanya.

Di sisi lain, Sri Mulyani juga menyebutkan sejumlah kendala yang akan dihadapi Indonesia di masa depan. Satu di antaranya lingkungan global yang acap mengalami perubahan. Pelemahan dan ketegangan kebijakan ekonomi di luar negeri berpengaruh besar terhadap Indonesia.

"Itu akan menyebabkan komoditas lemah. Dan pengaruh ekonomi Indonesia masih dipengaruhi komoditi tertentu seperti migas, kelapa sawit, batu bara dan barang mineral lainnya," terangnya.

Kendala berikutnya, yakni keberadaan teknologi yang mampu mengubah ekonomi bangsa. Dengan teknologi, maka segala sesuatunya akan mengalami otomatisasi. Lalu artifisial intelegensi yang akan menghasilkan produk dan implikasinya.

Selanjutnya, perubahan iklim juga akan berpengaruh dalam meningkatkan perekonomian bangsa. Menurutnya, perubahan iklim bukan serta merta karena jumlah penduduk yang meningkat. Akan tetapi memang bagian fenomena alam di mana dunia mengalami kenaikan temperatur hingga 1,5 persen.

"Itu yang coba kita turunkan," tegas Sri.

Jika dunia mengalami perubahan suhu, maka seluruh es di kutub akan mencair. Apabila mencair, maka permukaan laut akan mengalami kenaikan. Itu berarti akan banyak pulau di Indonesia yang tenggelam. Hal ini termasuk infrastruktur yang dibangun di pinggiran pulau.

"Itu hanya sebagian dari dampak. Kita memang harus bersama mencoba menghindari ini, harus mampu menghadapi perubahan iklim yang akan mempengaruhi kehidupan kita," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement