REPUBLIKA.CO.ID, KULON PROGO -- Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengembangkan Kampung Koteka (kopi, teh dan kakao) berbasis agrowisata dan agrobisnis di kawasan Bukit Menoreh. Hal itu untuk mendukung Kawasan Strategis Pembangunan Nasional Borobudur dan Bandara Internasional Yogyakarta.
Kasi Produksi Perkebunan Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo Cahyadi Jono mengatakan pengembangan Kampung Koteka dipusatkan di Kecamatan Samigaluh, Kalibawang, dan Girimulyo yang merupakan sentra perkebunan di wilayah ini.
"Pembangunan Kampung Koteka merupakan program yang dilakukan secara bertahap mulai dari 2017 hingga 2022," kata Cahyadi di Kulon Progo, Kamis (10/10).
Ia mengatakan pembangunan dan pengembangan Kampung Koteka dilatarbelakangi oleh letak geografis Kulon Progo yang strategis dengan adanya proyek Kawasan Strategis Pembangunan Nasional Borobudur dan Bandara Internasional Yogyakarta. Kulon Progo yang menjadi penyangga KSPN Borobudur dinilai harus menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru ke depan, sehingga potensi lokal harus dioptimalkan untuk menggerakkan perekonomian warga. Di wilayah utara, khususnya di Samigaluh, Kalibawang, dan Girimulyo memiliki hasil perkebunan yang menjadi produk unggulan, yakni kopi, teh dan kakao.
Cahyadi mencontohkan pengembangan Kampung Kakao di Banjararum, Kecamatan Kalibawang. Di wilayan itu dibangun unit usaha perkebunan kakao yang dikelola oleh masyarakat. Kemudian Kampung Kopi Purwosari, Kecamatan Girimulyo, dan Kampung Kopi di Desa Gerbosari, Ngargosari, dan Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh.
"Tiga tahun terakhir di tiga kecamatan di atas tumbuh dan berkembang agribisnis berupa kedai kopi. Agribisnis ini berada di pusat-pusat objek wisata, sehingga mampu mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan ke wilayah tersebut," katanya.
Sementara itu, Ketua DPRD Kulon Progo Akhid Nuryati mendukung pengembangan Kampung Koteka di kawasan penyangga KSPN Borobudur. Ia juga mendorong Dinas Pertanian dan Pangan lebih banyak lagi mengembangkan agrowisata dan agrobisnis untuk mendukung percepatan pembangunan sektor ekonomi dan pertanian.
"Sudah saatnya, Dinas Pertanian dan Pangan mengembangkan agrowisata dan agrobisnis. Jangan sampai petani tertinggal oleh hiruk pikuk pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta," katanya.