Rabu 09 Oct 2019 04:00 WIB

Karhutla Perlu Perhatian Serius

Dampak karhutla merambah ke luar negeri.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Muhammad Hafil
Kabut asap yang terjadi akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi baru-baru ini di berbagai daerah di Indonesia merupakan salah satu bentuk dampak kerusakan lingkungan yang melanggar HAM.
Foto: Antara/Bayu Pratama
Kabut asap yang terjadi akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi baru-baru ini di berbagai daerah di Indonesia merupakan salah satu bentuk dampak kerusakan lingkungan yang melanggar HAM.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peristiwa kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang menimbulkan kabut asap di Indonesia menjadi perhatian serius yang membutuhkan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar penanganan karhutla dapat dilakukan dengan optimal.

“Seperti arahan Presiden Joko Widodo dalam menanggapi bencana karhutla bahwa pencegahan menjadi prioritas utama. Melalui metode pentahelix, kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dunia usaha, akademisi dan media dapat meningkatkan langkah pencegahan sehingga karhutla yang selalu terjadi setiap tahun tidak menimbulkan dampak yang semakin merugikan,” ujar Deputi Sistem dan Strategi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Wisnu, Selasa (8/10).

Baca Juga

Kolaborasi lintas lembaga menjadi solusi efektif dalam penanganan bencana karhutla. Proses yang dimulai dari langkah pencegahan dan antisipasi dengan data yang diperoleh dari BMKG, pengelolaan gambut yang diawasi oleh BRG, pengelolaan lahan yang dikawal oleh pemerintah daerah bersama masyarakat setempat, partisipasi aktif sektor swasta. Selain itu, sanksi administratif maupun penegakan hukum secara perdata maupun pidana mampu meminimalisir terjadinya bencana karhutla yang selalu terjadi setiap tahun.

Kementerian Luar Negeri mengakui kejadian ini tidak hanya di Indonesia, namun bencana karhutla juga terjadi di beberapa negara di dunia. Tetapi Indonesia memiliki kesulitan tersendiri karena lahan yang terbakar adalah lahan gambut.

“Jika Indonesia mampu mengelola lahan gambut dan melakukan pemanfaatan lingkungan hidup dengan baik, Indonesia mampu menjadi "world superpower", mengingat Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat kaya,” ujar Staf Ahli Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia  Peter F Gontha.

Kegiatan dilanjutkan dengan sesi diskusi antar lembaga dan tokoh masyarakat, mulai dari aparat keamanan dan pemerintah daerah yang mengutarakan pendapat dan masukan untuk penanganan karhutla.

Sementara itu Kepala BNPB Doni Monardo menambahkan, karhutla selalu terjadi setiap tahun, cuaca kemarau dan kekeringan juga dapat diperkirakan.

"Yang membuat selama ini kita belum dapat mengantisipasi karhutla adalah kita hanya bekerja, namun belum bekerja sama. Untuk itu, melalui konsep Pentahelix, mari kita bersama-sama bekerja keras untuk mengantisipasi bencana karhutla dan menjaga lahan gambut sesuai kodratnya yaitu berawa, berair dan basah," ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement