Senin 07 Oct 2019 15:05 WIB

Praja IPDN Diminta Jadi Ujung Tombak Tangkal Radikalisme

Praja IPDN diharapkan bisa melakukan identifikasi penyebaran paham radikal.

Praja IPDN merayakan kelulusannya di kampus Jatinangor
Foto: Puspen Kemendagri
Praja IPDN merayakan kelulusannya di kampus Jatinangor

REPUBLIKA.CO.ID, SUMEDANG -- Penyebaran paham radikal terorisme tak melulu hanya menyasar masyarakat biasa, karena bahkan aparatur negara di daerah-daerah pun juga tak luput dari paparan paham negatif ini. Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) sebagai pencetak aparatur negara tentu harus waspada mengenai hal ini.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius menyampaikan bahwa para praja IPDN ini nantinya akan menjadi calon pemimpin daerah yang disebar ke seluruh Indonesia oleh Kementerian Dalam Negeri. Dengan demikian diperlukan pembekalan tentang kebangsaan agar bisa menghadapi tantangan dan dinamika di masa depan.

“Mereka ini nantinya sebagai aparat akan berperan sebagai ujung tombak pemerintah dalam pelayanan terhadap masyarakat, sehingga perlu diberikan pembekalan mengenai masalah-masalah radikalisme, isu-isu intoleransi dan sebagainya. Sehingga nantinya mereka bisa menjadi agen-agen bangsa yang betul-betul sanggup menghadapi dinamika yang ada ditengah masyarakat,” ujar mantan Kabareskrim Polri saat memberikan memberikan kuliah umum kepada para praja IPDN tingkat I hingga tingkat IV di Gedung Balairung Jenderal Rudini IPDN, Sumedang, beberapa waktu lalu.

Suhardi berharap dengan pembekalan ini para praja IPDN nantinya bisa melakukan identifikasi dan menemukan solusi untuk mencegah penyebaran paham radikal terorisme.

“Siapapun bisa saja terpapar paham radikalisme, baik itu TNI-Polri maupun ASN. Bisa jadi karena ketidaktahuan dan kurangnya pengalaman tentang radikalisme mereka kemudian terpapar. Sebagai calon pejabat negara, para praja IPDN ini harus bisa menetralisir hal tersebut.” ujar mantan Kapolda Jawa Barat itu.

Suhardi menjelaskan, tahapan yang dilalui oleh seseorang hingga bisa menjadi radikal itu bisa dilihat dari kesehariannya. Saat terdeteksi hal seperti itu jangan hanya didiamkan saja, tetapi ambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mereduksi pengaruh paparannya.

“Jadi kalau ada saudara-saudara kita, teman-teman kerja atau dilingkungan kita yang mulai menjurus ke tahapan radikal harus segera kita selamatkan. Dan kalau sudah terpapar maka segera dilakukan koordinasi untuk mereduksi paparan tersebut sehingga dia bisa kembali ke jalan yang benar.” jelasnya.

Rektor IPDN Prof  Murtir Jeddawi menyampaikan apresiasinya atas kehadiran Kepala BNPT ke IPDN untuk memberi materi tentang radikal terorisme. Ia berharap ini bisa menjadi pengetahuan bagi IPDN untuk bisa mengidentifikasi radikalisme ke depannya.

“Untuk kedepannya sesuai informasi yang diberikan oleh kepala BNPT akan menjadi bahan bagi kami untuk menyesuaikan dengan kurikulum untuk mengidentifikasi teman-teman yang kemungkinan ada terpapar untuk dilakukan pencegahan sedini mungkin sesuai arahan tadi,” ujarnya mengakhiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement