REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) kembali terjadi. Masyarakat pun diimbau untuk tidak membakar lahan atau pun sampah secara sembarangan di musim kemarau seperti sekarang.
Kapolres Majalengka, AKBP Mariyono, menjelaskan, karhutla dilaporkan pertama kali terlihat di lokasi Bumi Perkemahan (Buper) Awilega Desa Bantaragung, Kecamatan Sindangwangi, Kabupaten Majalengka, Sabtu (5/10). Petugas bersama masyarakat pun dengan sigap memadamkan api menggunakan alat pemadam kebakaran hydrant dan peralatan seadanya.
"Alhamdulillah, api berhasil dipadamkan," ujar Mariyono, saat memantau lokasi bekas kebakaran di Buper Awilega, Ahad (6/10).
Meski api sudah padam, lanjut Mariyono, namun masyarakat dan personil Polsek dan Koramil Sindangwangi tetap berjaga di lokasi kejadian. Hal itu untuk mengantisipasi adanya sisa-sisa bara api yang mungkin terbawa angin kencang sehingga menyambar daerah lainnya.
Mariyono menyatakan, jajarannya saat ini juga sedang melakukan penyelidikan untuk mengungkap penyebab terjadinya kebakaran tersebut. Hal itu juga dimaksudkan untuk mengetahui luasan lahan yang terbakar dalam peristiwa tersebut.
"Intinya kami akan terus membantu tugas personel Satgas Karhutla Kabupaten Majalengka," tukas Mariyono.
Mariyono juga mengimbau kepada masyarakat Kabupaten Majalengka, terutama yang tinggal di sekitar lahan kosong, agar jangan membakar sampah di sembarang tempat. Pasalnya, di musim kemarau panjang seperti sekarang rawan terjadi kebakaran.
"Kami ingatkan, jangan ada warga Majalengka yang membakar lahan untuk alasan apa pun. Kalau ditemukan, pasti akan kami tindak sesuai hukum yang berlaku," tegas Mariyono.
Sementara itu, kebakaran yang bermula di Buper Awilega Kabupaten Majalengka, juga merembet ke kawasan TNGC di Blok Cijaha Desa Padabeunghar, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan, Ahad (6/10) pukul 08.13 WIB. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kuningan, Agus Mauludin, menjelaskan, upaya pemadaman langsung dilakukan oleh 25 personel ke titik api. Mereka terdiri dari unsur BPBD, TNI, Polri, TNGC dan Kebun Raya Kuningan (KRK).
Menurut Agus, angin kencang yang kerap berubah-ubah arah menjadi kendala dalam pemadaman api. Personel pemadaman pun kesulitan sinyal sehingga mengganggu komunikasi.
Agus menyebutkan, api itu membakar vegetasi pinus dan semak belukar di Blok Cijaha. Sedangkan untuk luasan lahan yang terbakar, hingga kini belum bisa diperkirakan.
"Pada pukul 14.45 WIB, api di Blok Cijaha sudah padam," terang Agus, Ahad (6/10).
Namun, lanjut Agus, para personel masih di lokasi untuk melakukan penyisiran dan pendinginan. Hal itu untuk mengantisipasi kemungkinan adanya sisa api yang masih menyala.
Seperti diketahui, Gunung Ciremai berada di dua kabupaten, yakni Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka. Di musim kemarau ini, kebakaran sebelumnya pernah terjadi beberapa kali di gunung tersebut.
Kebakaran di antaranya melanda puncak Gunung Ciremai yang diketahui pertama kali terlihat dari wilayah Argalingga, Kabupaten Majalengka, Rabu (7/8) sekitar pukul 13.00 WIB. Kebakaran itu terus meluas, baik yang masuk wilayah Kabupaten Majalengka maupun Kabupaten Kuningan.
Kebakaran kemudian berhasil dipadamkan setelah dilakukan upaya pemadaman dari jalur darat maupun udara selama beberapa hari. Kebakaran juga sempat kembali melanda kawasan puncak TNGC di sekitar Blok Sanghiyang Ropoh, yang masuk wilayah Kabupaten Majalengka, Kamis (5/9) pukul 16.20 WIB. Api kemudian berhasil dipadamkan pada Jumat (6/9).