Senin 30 Sep 2019 21:28 WIB

Menjadi Lebih Mudah dengan Jasa Logistik

Pesatnya pertumbuhan e-commerce meningkatkan kebutuhan terhadap jasa logistik.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Dwi Murdaningsih
Jasa kurir JNE.
Foto: A Syalabi Ichsan
Jasa kurir JNE.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Adalah Nita Putri, seorang karyawan swasta asal Bandung Barat yang bekerja di salah satu Non-Government Organization di Jakarta. Sudah 3 tahun lebih dia bekerja di ibu kota.

Sebagai perantau, ia merasa wajib mengirim dana kepada orang tuanya di Cipatat, Bandung Barat, untuk keperluan sehari-hari. Selain uang, Nita juga mengirim sembako untuk setok selama satu bulan di rumah yang dihuni ibu dan adiknya.

"Kalau ngirim buat orang tua, ngirimnya juga dalam bentuk sembako langsung, karena ibu saya sakit, jadi enggak bisa keluar rumah jauh-jauh. Makanya saya beliin sembako langsung," kata perempuan yang ditinggal ayahnya karena meninggal 2013 lalu, kepada Republika.co.id, belum lama ini.

Tiap akhir atau awal bulan selama tiga tahun belakangan, Nita selalu membeli paket sembako yang sudah tersedia di salah satu marketplace. Total uang yang biasa dia keluarkan untuk sekali pembelian, sekitar Rp 300 sampai Rp 400 ribu.

Paket ini sudah termasuk beras, minyak goreng, sampo, sabun dan sebagainya. Sedangkan untuk lauk-pauk, ia membeli makanan yang sudah siap goreng. "Kalau untuk sayurnya, ibu beli ke tukang sayur yang lewat depan rumah," tuturnya.

Jasa kurir yang dipakai Nita biasanya adalah JNE. Dia menggunakan JNE karena menurutnya sudah terpercaya, kemasan barang sampai dengan aman, dan harganya pun cukup terjangkau. Nita mengaku sering mendapat gratis ongkir (ongkos kirim) jika memilih kurir JNE karena jumlah pembelian melewati Rp 200 ribu.

"Seringnya pakai JNE, karena lokasi rumah agak terpencil. Pakai JNE itu bisa sampai dan agak cepat. Terus pengiriman barang aman. Terkadang ngirim barang Jakarta-Bandung itu sampainya cuma sehari. Enaknya lagi kalau pakai JNE, pembelian berapa ratus ribu itu dapat gratis ongkir," ucap dia.

Bagi Nita, keberadaan marketplace dan jasa kurir yang tepat memang sangat membantu dirinya untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari untuk ibu di rumah. Era digitalisasi di berbagai bidang, termasuk sektor distribusi, memudahkan banyak sisi kehidupan.

"Kalau beli barang lewat online enggak ribet, hemat waktu, dan enggak perlu panas-panasan," tuturnya.

Tak dapat dipungkiri lagi, bisnis jasa logistik maupun distribusi memengaruhi perkembangan jual-beli online. Jual-beli online dan jasa kurir dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling menunjang ibarat dua sisi koin. Meningkatnya jual-beli online jelas memengaruhi bisnis jasa kurir. Begitupun sebaliknya. Jasa kurir memberi dampak yang signifikan bagi pebisnis yang memasarkan produknya lewat daring, termasuk pelaku usaha kecil menengah (UKM).

photo
Ilustrasi Belanja Online

Misalnya seperti yang dirasakan oleh Bonbon, seorang pengusaha di Depok yang menjual aneka salad dan jajanan lainnya secara daring. Bonbon merasa sangat terbantu dengan adanya pertumbuhan bisnis jasa kurir sekarang ini.

"Karena masing-masing ekspedisi punya benefit masing-masing. Ada pelayanan sehari sampai, ada pelayanan besok sampai, dan ada juga yang bisa mengirimkan langsung ke dua alamat atau lebih sekaligus," kata dia.

Selama ini Bonbon menjalankan roda bisnisnya dengan pemasaran daring di media sosial, seperti lewat instagram dengan akun @fipo.store. Jika ada pesanan masuk, maka pesanan tersebut dikirim melalui jasa kurir sehari sampai. Karena produk yang dijual berupa makanan fresh yang harus segera dihabiskan, fokus pemasaran saat ini hanya di Depok dan sekitarnya.

"Awalnya kita mengantar sendiri makanannya ke pelanggan selama satu bulan pertama. Jauh dan capek. Cuma kita sambil melihat perkembangan jasa ekspedisi. Bagaimana tawarannya, dari segi cost, pelayanannya apakah safety, pengirimannya bagus, tidak hancur, baru kita pakai," ucap pria yang mulai fokus pada bisnis kuliner sejak 2017 lalu.

Dalam sehari, Bonbon melakukan transaksi lima kali pengiriman, dengan berat sekitar 2 kilogram. Bahkan kalau sedang banyak gratis ongkir yang disediakan oleh jasa kurir, omzet bisnisnya bisa bertambah dalam satu hari. Dari biasanya 5 kali pengiriman menjadi 8 kali.

"Banyaknya bisnis logistik ini membuat bisnis UKM bergairah. Harganya juga akan kompetitif. Enggak ada yang namanya monopoli harga. Kalau banyak pesaing kan mereka akan memberi harga yang bagus untuk pelanggan," ungkapnya.

Selain sebagai penjual, Bonbon juga menjadi pembeli produk yang dipasarkan via online. Produk-produk yang dia beli yakni bahan pelengkap untuk pembuatan dessert produknya. Dia mengakui, ada beberapa bahan makanan sangat jarang dan hanya bisa didapatkan di marketplace. Contohnya, untuk membuat spring roll, dibutuhkan sejenis kulit lumpia yang tergolong sulit didapat.

"Kan saya jualan spring roll. Nah itu butuh kulit lumpia, jarang banget ini, dapatnya di online, impor dari vietnam. Kita langsung beli untuk setok sebulan untuk meminimalisasi ongkir biar murah. Jadi belinya cukup sekali di awal bulan atau akhir bulan, dengan begitu bisa save ongkir lumayan besar," paparnya.

Muhamad Ikhwan, pengusaha yang tengah menjalankan bisnis jasa bordir dan sablon di Tanah Abang, Jakarta, juga mendapat dampak positif berkat tumbuhnya bisnis jasa kurir.

Dalam sebulan, setidaknya dia melakukan tiga kali transaksi pembelian secara daring, untuk membeli kebutuhan sablonnya seperti polyflex. Jasa kurir yang biasa dia pakai adalah JNE, karena barang sampai tepat waktu dan kemasannya juga terjaga.

Selain membantu dirinya, keberadaan jasa kurir juga memudahkan para pelanggannya yang tidak sempat mengambil barang di toko. "Jadi pembeli yang enggak bisa datang ke toko untuk ngambil barang di toko, biasanya dikirim pakai JNE. Selama ini enggak pernah ada komplain dari pelanggan terkait pengiriman," kata dia.

Ikhwan juga sering belanja daring jika ada keinginan untuk memiliki barang-barang gadget terbaru. Apalagi, segudang informasi terbaru soal gadget sangat mudah diperoleh sehingga membuat dia tertarik untuk memperbarui barang gadgetnya.

Selama ini Ikhwan tidak pernah menemukan masalah saat membeli gadget via daring. Ia juga tidak khawatir bila membeli gadget lewat daring, misalnya terhadap kemungkinan aksi kejahatan penipuan atau raibnya barang.

Menurut Ikhwan, kesalahan sekecil apapun yang terjadi di era digital ini mudah diketahui. Begitu diketahui, akan viral sehingga nama dari sebuah merek sangat mudah menjadi buruk di mata masyarakat. Perusahaan mana pun tentu tidak ingin itu terjadi dan karenanya, mereka akan melakukan upaya besar-besaran sampai nol kesalahan.

"Sekarang juga kan kalau takut barang rusak atau kenapa-kenapa, apalagi barang gadget, kan ada pilihan menggunakan asuransi. Jadi sekarang mah beli barang gadget di online lebih enak, praktis, kondisi barangnya tetap aman," ucap dia.

Praktis, memudahkan dan aman, mungkin tiga hal ini yang membuat Aan Sophan merasa terbantu dengan kehadiran JNE di daerah asalnya, yakni Kampung Baru, Desa Cerukcuk, Tanara, Serang, Banten. Pria yang bekerja di salah satu kementerian di Jakarta itu punya pengalaman menarik terkait jasa kurir setelah resmi melepas status lajangnya pada tahun lalu.

 

Seusai menikah, Aan dan istrinya menetap di daerah Depok, Jawa Barat. Sedangkan dokumen pribadinya seperti Kartu Keluarga (KK) masih bergabung dengan orang tuanya di kampung. Untuk membuat KK baru bersama sang istri, dokumen-dokumen asli seperti kartu nikah dan KTP mesti dikirim ke kampung agar bisa dibantu urus oleh keluarganya.

"Saya enggak bisa pulang ke kampung, sedangkan buku nikah dan KTP harus segera dikirim. Akhirnya dikirimlah dari Depok pakai JNE, karena ini dokumen asli yang dikirim. Kalau JNE kan sudah terpercaya, aman kalau JNE," ucap dia.

Aan bukan pertama kalinya menggunakan JNE untuk mengirim dokumen penting. Sewaktu dia akan diwisuda 2016 lalu di universitas daerah Ciputat, Tangerang Selatan, beberapa dokumen penting dikirim lewat JNE oleh orang tuanya di kampung untuk kelengkapan dokumen kelulusan. "Di kampung saya JNE sudah ada, jadi enak buat ngirim-ngirim," ucapnya.

Tumbuhnya bisnis jasa logistik maupun distribusi ternyata juga mengubah kebiasaan perusahaan dalam mengirim dokumen. Hal ini seperti yang dirasakan PT Nariza Teknik Inspeksi, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja dan sertifikasi.

Direktur Utama PT Nariza Teknik Inspeksi, Rivnanda Hafiz menyadari, sebelum jasa kurir sebanyak sekarang, perusahaan yang saat itu masih dipimpin ayahnya mengandalkan amplop surat berprangko untuk pengiriman dokumen. Amplop yang berisi surat penawaran harga dan brosur pengenalan tentang perusahaan, itu dikirim ke pabrik-pabrik garmen, makanan, tekstil, sepatu dan lainnya melalui pos.

"Dulu kita harus punya prangko dulu, terus tempelin satu-satu, baru kirim. Bahkan ayah saya dulu ngumpulin banyak prangko. Jadi beli prangko juga, beli amplop juga. Dulu sekali kirim bisa 500 amplop lewat pos. Dua sampai tiga hari baru sampai padahal di Jabotabek," tuturnya.

Sedangkan untuk pengiriman barang di era digital sekarang, kondisinya sudah jauh berbeda. Pengiriman dilakukan dengan adanya sistem jaringan dan digitalisasi yang tersebar di berbagai daerah. "Sekarang sistemnya sudah dari jaringan komputer setahu saya, tinggal cantumin alamat penerima dan nama pengirim, sudah langsung," ungkapnya.

Memasuki 2015, lanjut Rivnanda, perusahaannya mulai fokus mengandalkan jasa kurir untuk pengiriman dokumen. Bahkan suatu kali, dia sempat terdesak karena klien yang ingin dokumennya sampai di hari itu juga, yakni hari Sabtu. Ia sempat pesimistis untuk bisa mengirim barang ke klien karena sedang di hari Sabtu, saat di mana orang-orang mulai menikmati liburan akhir pekan.

"Biasanya saya kirim hari ini besok sampai. Tapi dia minta hari ini juga sampai. Bingung juga saat itu. Posisi saya di Harapan Indah Bekasi, dia di Karawang. Untungnya ada pengiriman same day kan, pakai itu, akhirnya sampai juga di tangan klien, demi menjaga kepercayaan klien," tambahnya.

Di hari-hari kerja, Rivnanda biasa mengirim dokumen ke klien dengan menggunakan jasa kurir JNE. Sebab, outlet JNE sudah tersebar di mana-mana dan berada di dekat kantornya. Paling jauh, dokumen tersebut dikirim hinga ke Kendari, Palu, Palembang, dan daerah-daerah luar Pulau Jawa.

"Biasanya keseringan sih pakai JNE. JNE itu lebih banyak kantor cabang buat pengiriman. Biasanya pakai reguler, kalau lagi butuh cepat ya pakai yang (JNE) Yes," ucapnya.

Vice President Marketing JNE Eri Palgunadi mengungkapkan, di tengah ketatnya persaingan bisnis jasa logistik dan distribusi, JNE akan terus mengedepankan kerjasama yang saling memberi manfaat. Bagi JNE, di era digital saat ini, kolaborasi dan sinergi jauh lebih strategis ketimbang kompetisi.

"JNE gencar mewujudkan tagline connecting happiness, bukan hanya terhadap pelanggan tapi juga masyarakat luas melalui berbagai program, seperti CSR, kegiatan untuk meningkatkan daya saing UKM, dan sebagainya. JNE percaya jika semua yang ada dalam ekosistem tumbuh dengan baik, maka JNE pun akan turut berkembang pula," ucap dia.

Eri juga memaparkan, pesatnya pertumbuhan e-commerce meningkatkan kebutuhan terhadap distribusi barang di masyarakat baik dari segi jumlah maupun jenis layanan. JNE pun terus berinovasi melalui berbagai produk layanan maupun program. Di antaranya, memaksimalkan kolaborasi dan sinergi dengan berbagai pihak dalam bidang fintech dan platform daring demi kemajuan e-commerce dalam negeri.

Selain itu, jelas Eri, JNE juga mengembangkan infrastruktur penunjang operasional seperti mega hub, dan oracle. Termasuk juga mengembangkan produk layanan JNE International Service untuk kemudahan pengiriman ke luar negeri.

Salah satu kapabilitas perusahaan juga sedang dibangun, yakni mega hub di Kedaung Wetan, Neglasari, Tangerang, Banten. Lokasi ini strategis karena dekat Bandara Internasional Soekarno-Hatta, sehingga dapat mempercepat proses mobilitas paket kiriman.

Untuk mempermudah pengiriman di dalam kota, tutur Eri, JNE mengoptimalkan berbagai moda transportasi, termasuk dengan sepeda kayuh atau kurir sepeda. Hal ini diperlukan untuk pengiriman di tengah kota yang memiliki tingkat kemacetan tinggi atau terdapat larangan melintas bagi kendaraan bermotor.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement