REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Badan Pengurus Lazismu, Hilman Latief mengatakan, sejak awal mereka sudah membentuk Tim Rehabilitasi dan Rekonstruksi (TRR) untuk membantu penanganan gempa Palu. Tim dibentuk atas pertimbangan keberlanjutan program-program yang ada.
"Waktu itu kita usulkan agar bisa sustainable (berkelanjutan) untuk menjaga ritme program-program kita di lapangan," kata Hilman,Rabu (25/9).
Ia menerangkan, Muhammadiyah sendiri memang sudah memiliki MDMC soal penanganan kebencanaan. Tapi, MDMC fokus sebagai respons atau tanggap darurat, dan tidak cukup untuk rehabilitasi dan rekonstruksi.
Pasalnya, mereka membutuhkan tim-tim yang lebih kuat untuk program-program berkelanjutan. Akhirnya, diadopsi Badan Rehabilitasi dan Rekonstuksi di Aceh beberapa tahun lalu untuk membentuk TRR di Palu. Dihadirkanlah TRR Muhammadiyah yang secara resmi dibentuk oleh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah.
Secara terpisah Ketua TRR Muhammadiyah, Arif Jamali Muis mengatakan, TRR adalah lembaga ad hoc yang dibentuk oleh PP Muhammadiyah yang bekerja untuk rehabililtasi dan rekonstruksi pasca gempa, tsunami dan likuifaksi Palu, Sigi, dan Donggala, Sulawesi Tengah. Fokus TRR saat ini adalah membangun rumah sakit, kompleks panti ‘Aisyiyah, beberapa amal usaha pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat.
Dana yang dipakai menggunakan donatur melalui Lazismu, kurang lebih Rp 8,9 miliar . "Personil TRR terdiri dari perwakilan MDMC, Lazismu, Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) dan Majelis Pembina Kesehatan Umat (MPKU)," kata Arif.
Bagi Arif, TRR vital karena tidak semua orang memiliki kemampuan kuat untuk rehabilitasi dan rekonstruksi. Soal penanganan kebencanaan, ia merasa, sebagian besar masih fokus ke respons dan tanggap darurat. Padahal, waktu tanggap darurat saja harus segera diputuskan dan tindak lanjut harus segera dipikirkan.
Hasil sidang dan diskusi-diskusi dengan PP Muhammadiyah disetujui dibentuk TRR yang multi stakeholder. Mulai dari Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM), Majelis Pembina Kesehatan Umat (MPKU), dan majelis-majelis lain. "Merekalah yang bekerja di lapangan, menyiapkan, merencanakan, mengeksekusi, dan mengevaluasi," ujar Hilman.
Salah satu program rekonstruksi tidak lain melanjutkan pembangunan hunian sementara. Bagi Hilman, TRR menjadi semakin penting karena rehabilitasi dan rekonstruksi membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
"TRR dibentuk untuk menjaga akuntabilitas, sebab lokasi bencana itu pasti uang berhamburan masuk, datang terus, tanpa jelas siapa yang mengawasi, mengecek, melaksanakan, dan itu terjadi di mana-mana," tambahnya.
Selain itu, TRR meningkatkan komprehensif program-program yang ada. Salah satu dampaknya mam¬pu menginventaris bantuan-bantuan yang ada, dan mendeteksi aspek-aspek mana yang belum mendapatkan bantuan. Koordinasi turut menggandeng kampus-kampus Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Khusus di Yogyakarta saja, PTM-PTM mempersiapkan bea¬siswa untuk korban Palu sampai Rp 4 miliar.
Revitalisasi ekonomi
TRR turut mendeteksi saat rehabilitasi dilaksanakan melalui revitalisasi ekonomi. Mulai dari pertanian, peternakan, dan bidang-bidang lain yang intinya menjaga keberlanjutan program-program.
Senada dengan Arif, Hilman menambahkan, TRR mempunyai kemampuan memilih prioritas-prioritas. Misal, sekolah-sekolah mana yang lebih membutuhkan, fasilitas-fasilitas mana yang hancur, kelas-kelas mana yang tidak bisa dipakai.
Lazismu, lanjut Hilman, turut men¬jadi jembatan kemitraan-kemitraan. Seperti Badan Pengelola Ke¬uangan Haji (BPKH), Alfamart, dan perusahaan-perusahaan lain.
Mendatang, BPKH sudah memercayai Lazismu merekonstruksi klinik-klinik atau rumah sakit-rumah sakit yang sudah tidak berfungsi. Intinya, TRR turut menyadarkan rehabilitasi dan rekonstruksi itu dilakukan secara berkelanjutan.
"Untuk rekonstruksi, minimal pembangunan huntara, kita sudah mencapai target. Untuk rehabilitasi masih terus dilaksanakan, sudah masuk ke sanitasi, pertanian, air, dan lain-lain," kata Hilman.
Untuk pertanian, misal, Lazismu menghadirkan sampan-sampan untuk petani-petani di Palu. Ini hampir mirip yang dilakukan Muhammadiyah pula di Papua dan Papua Barat selama beberapa tahun terakhir.