Senin 30 Sep 2019 18:53 WIB

MPM Pulihkan Ekonomi Masyarakat Pascabencana

Masyarakat tidak ditinggal begitu saja usai tanggap bencana.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Logo Muhammadiyah.
Foto: Antara
Logo Muhammadiyah.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana di Palu yang dilakukan Muhammadiyah memang dilaksanakan berbagai elemen. Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) memainkan peran penting dalam pemulihan ekonomi.

Sekretaris MPM PP Muhammadiyah, Bachtiar Dwi Kurniawan menjelaskan, salah satu bidang garap MPM membuat crisis center yang melakukan kegiatan recovery (pemulihan pascabencana) berbasis mata pencaharian ekonomi masyarakat korban bencana. Sehingga, masyarakat tidak ditinggal begitu saja usai tanggap bencana.

Jadi, ketika bencana terjadi, MPM masuk setelah MDMC melaksanakan tanggap darurat. Sebelum kejadian bencana di Palu, sebenarnya sudah banyak dilakukan implementasi program recovery pascabencana, seperti yang terjadi saat bencana erupsi Gunung Merapi di Yogyakarta.

Kala itu, MPM menghidupkan pusat-pusat kehidupan ekonomi masyarakat. Untuk peternakan, misal, MPM melaksanakan pembinaan-pembinaan ternak sapi perah atau membuat tempat-tempat pengungsian sapi di sekitaran DIY. Dampak bencana erupsi Merapi sampai Boyolali dan Magelang.

Di Boyolali, kegiatan recovery pascabencana yakni melakukan pemberdayaan petani-petani dan peternakan kambing. Lalu, di Magelang berupa pemberdayaan pertanian terintegrasi dengan membuat Pusdiklat.

Pascabencana gempa di Sumatra Barat, MPM juga telah melakukan pemulihan berbasis mata pencarian masyarakat yaitu melalui perkebunan dengan pemberdayaan petani coklat atau kakao, termasuk di Pariaman. Selain itu, ada pemberdayaan pemilihan ekonomi bidang perikanan yang dilakukan dengan pendampingan budi daya perikanan di Danau Maninjau. Di Banjarnegara, MPM juga memiliki program mendampingi pemulihan mata pencarian ibu-ibu.

"Di Banjarnegara itu kini sudah ada Rumah Modified Cassava Flour (MOCAF), tepung olahan berbasis singkong. Sedangkan, di Palu, kita melakukan pemberdayaan-pemberdayaan pertanian, lahan kering, yang utamanya dilakukan kepada petani-petani bawang," kata Bachtiar, Kamis (26/9).

Alasannya, di Palu memang terkenal produk bawangnya. Setelah produk-produk hadir, ternyata berdampak kepada hilangnya sumber air di Donggala, yang akhirnya didatangkan pula teknisi-teknisi ke sana. MPM, lanjut Bachtiar, memfasilitasi pembuatan sumur artesis yang bisa memancarkan air. Kehadiran itu nyatanya membantu masyarakat petani sampai bisa bercocok tanam walaupun selama musim kemarau.

"Kemarin kami sudah melakukan peresmian lima titik sumur artesis untuk mengairi beberapa hektare tanah pertanian di sana," ujar Bachtiar.

Dampak besar yang dibawa MPM ternyata membuat masyarakat petani bersepakat membentuk perkumpulan Jamaah Tani Ternak Muhammadiyah (Jatam). Jatam berperan penting untuk pengorganisasian petani. Jatam mengelola mulai dari budidaya pertanian, fasilitasi produksi tani, membentuk lembaga keuangan mikro bagi petani, pengelolaan hasil-hasil pertanian sampai pemasaran produk-produk pertanian.

Mereka membuat spesies bawang istimewa yang tidak mudah layu dan tetap kering. Masyarakat petani di sana dilatih untuk pengolahan dan pemasaran yang melahirkan Lembaga Usaha Kelompok Unggul (LUKU).

"Jadi, pemulihan lewat kegiatan pemberdayaan itu tidak cuma aspek-aspek budidaya, tapi sudah dilanjutkan ke sektor usaha, industri rumah bernama LUKU, yang mamfasilitasi petani-petani Jatam," katanya.

Bachtiar menekankan, ke depan LUKU dikembangkang tidak hanya soal pemasaran produk pertanian dan hasil usaha tani tetapi juga soal pengembangan usaha, permodalan, simpan pinjam, akses pasar, distribusi produk pertanian dan lain sebagainya. Tujuannya, tidak lain agar petani-petani bisa mandiri dan berdaulat.

Semua itu masih dilaksanakan sampai hari ini. Bahkan, pekan lalu, MPM baru saja melakukan pelatihan-pelatihan kepada fasilitator dengan mengadakan Sekolah Kader Pemberdayaan Masyarakat (Sekam). MPM melatih untuk mamasifkan dan menumbuhkan titik-titik pemberdayaan.

Dengan melalui Sekam inilah, kader fasilitator pemberdayaan dilatih menjadi fasilitator yang membina masyarakat untuk pemulihan pascabencana berbasis daerah masing-masing.

"Jadi, pemulihan itu kita lakukan melalui pemberdayaan-pemberdayaan berbasis mata pencarian masyarakat, yang tujuannya tidak lain untuk mendorong masyarakat menjadi masyarakat yang kuat dan berdaya" ujar Bachtiar.  n yusuf assidiq

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement