REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno mendapat laporan situasi di Wamena, Papua sudah berangsur aman dan kondusif. Menurut Irwan, tidak ada lagi aksi pembunuhan, penyerangan, dan pengrusakan terhadap warga pendatang.
Kendati demikian, para warga pendatang, termasuk yang berasal dari Sumbar, masih belum berani kembali ke Wamena. Menurut Irwan, pengungsi masih trauma dengan kerusuhan berdarah di kota tersebut awal pekan lalu.
"Tidak ada lagi pembunuhan, penyerangan, tapi situasi psikologis pengungsi masih trauma. Masih khawatir dan ketakutan," kata Irwan, Senin (30/9).
Irwan menyebut, Pemprov Simbar akan mengupayakan pemulangan warga asal Sumbar yang sudah tidak kuat lagi bertahan di Bumi Cendrawasih. Pemprov masih menghimpun dana untuk biaya pemulangan warga ini.
Perantau Minang ingin tinggalkan Wamena, Papua.
Pemprov, menurutIrwan, sudah berkoordinasi dengan pemerintah kota dan kabupaten daerah asal perantau Wamena ini untuk merancang proses pemulangan. Salah satu cara Pemprov mengimpun dana melalui Sumbar Peduli Sesama.
Pemprov mengharapkan dukungan moril dan materil dari seluruh warga Sumbar, baik yang di kampung halaman maupun di perantauan. Pemprov menggalang bantuan melalui rekening Bank Nagari dengan nomor rekening 2101.0210.07340-3 atas nama Sumbar Peduli Sesama.
Sampai Senin siang, dana yang sudah terkumpul sekitar Rp 369 juta lebih. Menurut perkiraan, pemulangan warga asal Sumbar dari Wamena ini setidaknya Rp 4,5 miliar. Selain membuka penyaluran bantuan melalui Sumbar Peduli Sesama ini, menurut Irwan, ada juga penggalangan dana yang dilakukan komunitas perantau Minangkabau di berbagai daerah di Indonesia.
Sementara itu, berdasarkan data terakhir yang didapatkan Republika.co.id hingga Ahad (29/9), total pengungsi asal Sumbar sebanyak 672 orang. Dari jumlah tersebut 400 orang meminta pulang ke kampung halaman, 200 lainnya memilih tetap di Papua karena tidak memiliki apa-apa lagi di Sumbar.
Irwan menyebut Pemprov masih mengkaji jumlah data pasti warga asal Sumbar yang akan dievakuasi dari Papua. Begitu juga dengan data jumlah warga yang memilih tinggal di Papua untuk dibantu.