Senin 30 Sep 2019 16:18 WIB

Risma Dianugerahi Doktor Honoris Causa oleh Korsel

Gelar disematkan atas profesionalisme dan dedikasi Risma dalam bidang arsitektur.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Gita Amanda
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (kedua kanan) bersama Vice President of the Chinese People's Association for Friendship with Foreign Countries Song Jingwu (kiri), Deputy Director of Hangzhou Municipal Foreign and Overseas Chinese Affairs Du Shigen (kedua kiri) serta Sekjen UCLG Aspac Bernadia Irawati (kanan) memberikan materi di salah satu pertemuan pada Kongres ke-7 United Cities and Local Governments Asia-Pacific (UCLG-ASPAC) 2018 di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (12/9).
Foto: Antara/Zabur Karuru
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (kedua kanan) bersama Vice President of the Chinese People's Association for Friendship with Foreign Countries Song Jingwu (kiri), Deputy Director of Hangzhou Municipal Foreign and Overseas Chinese Affairs Du Shigen (kedua kiri) serta Sekjen UCLG Aspac Bernadia Irawati (kanan) memberikan materi di salah satu pertemuan pada Kongres ke-7 United Cities and Local Governments Asia-Pacific (UCLG-ASPAC) 2018 di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (12/9).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dianugerahi gelar Doktor Honoris Causa oleh Tongmyong Univercity, Busan, Korea Selatan (Korsel), Senin (30/9). Gelar kehormatan itu disematkan kepada Risma atas profesionalisme dan dedikasinya dalam bidang arsitektur. Gelar ini merupakan yang kedua setelah sebelumnya pernah menerimanya daru Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya.

Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini menjabarkan, sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, ruang publik dirasanya memiliki peran penting di Surabaya. Dia pun mengucapkan terima kasih untuk warga Surabaya yang sudah bersama-sama dalam mengembangkan kota.

Baca Juga

“Surabaya adalah kota terbesar kedua di Indonesia dengan populasi 3,4 juta jiwa, kota ini berperan sebagai pusat pengembangan di Indonesia timur. Itu lah mengapa ruang publik menjadi salah satu prioritas kami,” kata Risma dalam sambutannya.

Risma menjelaskan, ruang publik yang ada di Surabaya sangat beragam. Salah satunya adalah taman kota, yang menurutnya menjadi arena rekreasi yang murah dan menunjuang interaksi warganya. Menurutnya, dengan membangun taman kota, maka secara bersamaan ia membangun pula peluang bagi masyarakat untuk saling melakukan interaksi.

Dari tahun ke tahun, kata Risma, kuantitas ruang terbuka hijau di Surabaya juga terus mengalami peningkatan. Saat ini, kata Risma, ruang terbuka hijau di Surabaya telah mencapai lebih dari 30 persen, sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Salah satu yang menjadi perhatian adalag taman yang ada di sepanjang tepi sungai.

Risma mengatakan, dalam melakukan managemen perkotaan, sangat kompleks karena melibatkan banyak sektor dan pemangku kepentingan. Oleh karena itu, pembangunan yang diakukan harus mampu menjembatani dua aspek. Yaitu aspek fisik dan nonfisik.

“Aspek fisik adalah infrastruktur perkotaan, sedangkan aspek nonfisiknya ialah sumber daya manusia dan ekonomi kota,” ujar Risma.

Rektor Universitas Tongmyong Dr Jung Hong Sup, mengatakan, Risma adalah seorang birokrat yang berbeda. Setiap pembangunan yang dilakukan, tidak hanya sebatas fisik saja namun terdapat falsafahnya.

Hubungan antara Kota Surabaya dengan Busan di Korea Selatan juga diakuinya terjalin baik sejak lama. Ia berharap, kerja sama yang sudah berjalan 25 tahun ini, bisa terus ditingkatkan. Seperti bidang, pendidikan, ekonomi, lingkungan dan lalu lintas umum.

“Semoga berikutnya lebih banyak masyarakat Surabaya yang melanjutkan studi di Universitas Tongmyong, terlebih universitas ini menonjolkan Infomation Communication Teknologi (ICT)” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement