Ahad 29 Sep 2019 19:49 WIB

BMKG Jelaskan Sesar Gempa di Maluku

Gempa di Maluku diduga berkaitan dengan susunan tektonik kompleks di daerah tersebut.

Suasana bangunan Pasar Apung Desa Tulehu yang roboh akibat gempa bumi di Ambon, Maluku, Kamis (26/9/2019).
Foto: Antara/Izaac Mulyawan
Suasana bangunan Pasar Apung Desa Tulehu yang roboh akibat gempa bumi di Ambon, Maluku, Kamis (26/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan gempa magnitudo 6,5 yang mengguncang Ambon, Kairatu, Haruku, dan Masohi, Provinsi Maluku, pada Kamis (26/9) lalu. Gempa itu diduga berkaitan dengan susunan tektonik kompleks di daerah tersebut.

"Kawasan ini memang memiliki tatanan tektonik yang kompleks. Ada beberapa unsur tektonik di wilayah ini, yaitu Sesar Sorong, Sesar Buru, Sesar Tarera Aiduna, dan Seram Through," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam rilis yang diterima di Jakarta, Ahad (29/9).

Baca Juga

Kemungkinan besar, dia mengatakan, pembangkit gempa di Ambon, Kairatu, Haruku, dan Masohi berkaitan dengan aktifnya salah satu struktur sesar di wilayah tersebut. Daryono merujuk kepada karya tulis ilmiah “Tectonicevolution of North Seram Basin, Indonesia, and its control over hydrocarbon accumulation conditions” karya Zhugang dkk (2016) sebagai petunjuk sumber pembangkit gempa di Maluku tersebut.

Dia menjelaskan dalam karya tulis tersebut disebut “Kawa Strike-Slip Fault Belt” atau Jalur Sesar Mendatar Kawa yang diduga memiliki kaitan dengan gempa yang terjadi pada 26 September itu. Sebab, episenter gempa utama terletak tepat di jalur sesar itu.

Mekanisme sesar itu, ia mengatakan, sesar geser mengiri atau “sinistral strike-slip”. Sesar ini terbentuk karena adanya perubahaan dari gaya tekan ke gaya geser (strike-slip) akibat pergerakan dari sistem “Tarera Aiduna Strike-Slip Fault Belt” atau Jalur Sesar Tarera-Aiduna di sebelah timur yang menerus ke Papua.

"Mekanisme sesar ini ternyata sesuai dengan mekanisme sumber gempa utama hasil analisis BMKG yang juga berupa sesar geser mengiri (sinistral strike-slip)," tegas Daryono.

Menurut data terakhir yang dirilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), gempa mengguncang Ambon dan sekitarnya pada Kamis (26/9) dan menelan 30 korban jiwa serta menyebabkan ratusan lainnya luka-luka. Hingga Ahad, pukul 10.00 WIB, BMKG mencatat terjadi 613 kali aktivitas gempa susulan dengan 72 di antaranya dirasakan masyarakat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement