Ahad 29 Sep 2019 16:21 WIB

BNPB: Jumlah Titik Panas Menurun

BNPB mengatakan menurut pantauan BMKG jumlah titik panas cenderung menurun.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Yudha Manggala P Putra
Petugas Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperlihatkan peta sebaran titik panas dari satelit. Ilustrasi
Foto: Antara/Rony Muharrman
Petugas Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperlihatkan peta sebaran titik panas dari satelit. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo mengatakan saat ini jumlah titik panas atau hot spot cenderung menurun. Penurunan ini terjadi sekitar tiga hari terakhir.

Agus mengatakan, penurunan jumlah titik panas ini diharapkan juga mengurangi asap akibat kebakaran hutan dan lahan. "Kualitas udara dilihat dari parameter konsentrasi parikulat (PM 10) pantauan BMKG per hari ini, Ahad (29/9) pada kondisi sedang hingga baik," kata Agus dalam keterangan pers tertulis yang dikutip Republika.co.id, Ahad.

Kualitas udara di Jambi, Pekanbaru, Pontianak dan Palembang menunjukkan baik pada pukul 12.00 WIB hari ini, sedangkan di Kota Palangkaraya dan Sampit menunjukkan tingkat sedang. Pagi hari tadi wilayah Jambi diguyur hujan.

Turunnya hujan tersebut menghasilkan berkurangnya asap yang signifikan di wilayah Jambi. Berdasakaran data Modis-Catalog Lapan dalam 24 jam terakhir menunjukkan titik panas sejumlah 197 di Kalimantan Tengah. Sedangkan di wilayah Sumatra, titik panas tertinggi teridentifikasi di wilayah Sumatra Selatan dengan 120 titik.

Ia melanjutkan, dilihat dari citra satelit Himawari pada sebaran asap hingga pukul 11.00 WIB hari ini (29/9), tidak terdeteksi adanya transboundary haze atau asap yang melewati batas negara. Asap terdeteksi di wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, sedangkan arah angin di wilayah Sumatera dan Kalimantan terpantau dari tenggara–selatan menuju barat laut–timur laut.

Sementara itu, Agus menuturkan, terkait dengan langkah penanganan karhutla, proses pembangunan sekat kanal atau canal blocking yang dilakukan oleh seluruh unsur Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, diharapkan dapat memberikan kelembaban dan kebasahan pada lahan rawa gambut. Proses pembangunan dipimpin langsung Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement