Ahad 29 Sep 2019 15:00 WIB

Cara KLHK Tanamkan Peduli Lingkungan Sejak Dini

KLHK meyakini sarana pendidikan signifikan meningkatkan kesadaran masyarakat.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Gita Amanda
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BP2SDM) KLHK, Helmi Basalamah (kiri), Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (tengah), dan Kepala Yayasan LIA Hendardi Supandji (kanan) dalam acara LIA Ecofest 2019 di Gedung Sate, Kota Bandung, Jawa Barat, Ahad (29/9).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BP2SDM) KLHK, Helmi Basalamah (kiri), Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (tengah), dan Kepala Yayasan LIA Hendardi Supandji (kanan) dalam acara LIA Ecofest 2019 di Gedung Sate, Kota Bandung, Jawa Barat, Ahad (29/9).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Beragam cara dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian alam dan lingkungan hidup. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) meyakini sarana pendidikan merupakan sektor yang signifikan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan kelestarian alam dan lingkungan hidup.

Oleh karenanya, KLHK mendukung penuh acara Ecofest 2019 bertajuk "My Earth My Responsibility" yang diselenggarakan Yayasan Lembaga Indonesia Amerika (LIA) di Gedung Sate, Kota Bandung, Jawa Barat (Jabar), Ahad (29/9). Acara LIA Ecofest 2019 yang berlangsung mulai Ahad (29/9) dan Senin (30/9) dibuka secara langsung oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BP2SDM), KLHK, Helmi Basalamah, dan Kepala Yayasan LIA Hendardi Supandji.

Baca Juga

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BP2SDM), KLHK, Helmi Basalamah, mengapresiasi ajang Ecofest 2019 yang memilih tema kesadaran dan kepedulian generasi muda terhadap lingkungan hidup.

Menurut Helmi, Yayasan LIA yang memiliki begitu banyak tempat kursus dan sekolah tinggi telah berkomitmen mendukung program lingkungan hidup, mulai dari mengurangi penggunaan styrofoam, plastik sekali pakai, penanaman pohon, serta memasukkan muatan tentang lingkungan hidup dan kehutanan pada materi pelajaran.

"Peserta didik LIA yang merupakan generasi muda telah memiliki kemampuan dalam menerapkan perilaku ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari," ucap Helmi.

Helmi percaya, apabila kegiatan seperti ini dapat dilakukan secara konsisten, berkesinambungan dan masif, akan memberikan dampak yang signifikan dalam penyelamatan lingkungan hidup. Kata Helmi, sudah pada koridornya, LIA yang menjadi bagian dari sistem pendidikan ikut bersinergi dan berkontribusi dalam menyukseskan perubahan perilaku masyarakat terhadap lingkungan hidup.

"Pemerintah tidak dapat bekerja sendiri melindungi sumberdaya lingkungan hidup dan kehutanan di Indonesia," lanjut Helmi.

Helmi menilai, usaha pelestarian alam dan lingkungan hidup memerlukan partisipasi dari seluruh komponen masyarakat. Dengan begitu, Indonesia akan menjadi negara yang lestari dan nyaman sebagai destinasi wisata.

Helmi menyampaikan, program ekowisata atau kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan sudah terus dijalankan di seluruh Indonesia.

"Saat ini, ada 552 unit lokasi kawasan konservasi dengan luas 27 hektare. Lokasi-lokasi ini memiliki karakteristik yang berbeda dan keragaman yang sangat tinggi," ucapnya.

Indonesia, lanjut Helmi, juga memiliki enam situs warisan dunia, 13 unit cagar biosfer, dan 6 unit Asian heritage park. "Ini semua merupakan sebuah potensi dalam rangka mengembangkan ekowisata di Indonesia," kata Helmi.

Melalui kemitraan ini, Helmi berharap Yayasan LIA bisa meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga kelestarian alam.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil atau Kang Emil mendukung pelaksanaan LIA Ecofest 2019 di Gedung Sate. Emil menilai program LIA berkontribusi dengan visi persiapan Indonesia menuju negara adidaya.

"Saya mendukung dan mudah-mudahan di Jabar makin banyak warga yang berbahasa Inggris sehingga kami jadi provinsi paling siap dalam menghadapi revolusi 4.0 minimal melalui penguasaan bahasa asing," ujar Emil.

Kepala Yayasan LIA Hendardji Supandji mengaku bangga bisa bekerja sama dengan KLHK dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat serta Pemerintah Kota Bandung.

Kata dia, Yayasan LIA sengaja mengambil tema yang berkaitan dengan kesadaran dan kepedulian generasi muda terhadap lingkungan hidup yang. Hendardji berharap tema ini mampu mendorong kesadaran generasi muda tentang tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).

"Kemitraan KLHK dengan Yayasan LIA merupakan langkah tepat karena LIA bisa menjadi pintu gerbang untuk mengkomunikasikan isu-isu penting tentang pelestarian lingkungan hidup kepada generasi muda Indonesia yang kursus di 68 gerai LIA di 18 provinsi," ujar Hendardji.

Hendardji menambahkan, pemilihan Bandung sebagai tuan rumah LIA Ecofest 2019 tak lepas dari upaya pemerintah dan masyarakat di Bandung dan Jawa Barat yang  komitmen mendukung isu-isu pelestarian lingkungan. "Bandung identik dengan kehijauan dan julukan Paris van Java. Bandung juga merupakan kota yang mendapat Adipura tiga tahun berturut-turut sejak 2015 sampai 2017," kata Hendardji.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement