Sabtu 28 Sep 2019 12:50 WIB

Tiga Orang Utan Korban Karhutla Dilepaskan di TANAGUPA

Ketiganya diungsikan karena lingkungan habitatnya terbakar.

Rep: Febrian Fachri / Red: Nashih Nashrullah
Orangutan jantan yang diberi nama Jerit diperiksa anggota Tim Medis International Animal Rescue (IAR) Indonesia saat ditemukan di Desa Kuala Satong, Kecamatan Matan Hilir Utara, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, Sabtu (21/9/2019).
Foto: Antara/HO/IAR Indonesia-Heribertus
Orangutan jantan yang diberi nama Jerit diperiksa anggota Tim Medis International Animal Rescue (IAR) Indonesia saat ditemukan di Desa Kuala Satong, Kecamatan Matan Hilir Utara, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, Sabtu (21/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, KETAPANG— Tim gabungan Balai Taman Nasional Gunung Palung (TANAGUPA), Balai Konservasi Sumber Daya Alam Barat (BKSDA) Kalimantan Barat Seksi Konservasi (SKW) I Ketapang Resort Sukadana dan IAR Indonesia mentranslokasikan tiga orang utan korban kebakaran hutan ke kawasan Resort Kubang di dalam areal Taman Nasional Gunung Palung di Desa Batu Barat, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara, Jumat (27/9).

Ketiga orang utan tersebut diberi nama Arang, Bara dan Jerit. Ketiganya terpaksa ditranslokasikan karena habitat lamanya di Sungai Awan Kiri, Ketapang, Kalimantan Barat hangus terbakar.

Baca Juga

"Saat ini kondisi ketiga orang utan ini sudah sehat dan siap dikembalikan ke habitatnya,” kata Advisor Tim Medis IAR Indonesia, Joost Philippa, melalui keterangan resmi yang diterima Republika.co.id, Sabtu (28/9).

Arang dan bara diselamatkan di Desa Sungai Awan Kiri, Senin (16/9) sedangkan Jerit diselamatkan di Desa Kuala Tolak, Kecamatan Matan Hilir Utara pada Sabtu (21/9). Meskipun diselamatkan di tempat dan waktu yang berbeda, masalah yang mereka hadapi sama, yaitu kebakaran hutan dan ancaman manusia.  

Joost menyebut ketika diselamatkan, kondisi tiga orang utan ini cukup memprihatinkan. Badannya sangat kurus dan mengalami dehidrasi akibat kekurangan makanan. Jerit mengalami luka membusuk di bagian kaki akibat terkena jeratan buatan manusia.

Sementara di dekat bagian mata orang utan Arang temukan dua butir peluru. Joost menyebut kondisi ini menunjukan bahwa selain terancam oleh kebakaran hutan yang menghanguskan rumahnya, orangutan juga rentan mendapat serangan dari manusia ketika terusir dan mencari kehidupan di luar habitat aslinya.  

“Kami melakukan operasi pengangkatan peluru di muka Arang pekan lalu dan sekarang lukanya sudah sembuh, begitu juga dengan luka akibat jerat di kaki Jerit,” ucap Joost.

Manager Lapangan IAR Indonesia, Argitoe Ranting, mengatakan pihaknya memilih melepaskan tiga orang utan korban Karhutla ini dalam areal TANAGUPA ini dipilih berdasarkan hasil survei pra-pelepasan yang dilakukan Balai TANAGUPA dan tim IAR Indonesia. Dari hasil survei, mereka menyimpulkan di Kawasann Batu Barat masih sedikit populasi orang utan. Dan di kawasan tersebut, juga tersedia banyak pakan buat orang utan.

"Jumlah populasi orang utan di kawasan ini masih rendah dan jumlah jenis pakan orang utan masih cukup tinggi sehingga lokasi ini sangat cocok untuk mentranslokasikan orang utan. Selain itu, status kawasan sebagai Taman Nasional juga lebih menjamin keselamatan orang utan di dalamnya,” ucap Argitoe.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement