REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO -- Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (AirNav Indonesia) memasang dua peralatan canggih dan modern di Bandara Internasional Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur. Peralatan canggih ini dapat membantu dan mempermudah pemandu lalu lintas udara dalam memantau pergerakan pesawat terbang.
"Peralatan canggih itu salah satunya berasal dari Amerika Serikat dan sudah banyak digunakan di sejumlah bandar udara internasional di berbagai negara dan memang banyak membantu petugas pemandu lalu lintas udara," kata General Manager AirNav Cabang Surabaya Yasrul kepada pers di Sidoarjo, Jumat (27/9).
Kedua alat canggih tersebut adalah Advanced Surface Movement Guidance and Control System (ASMGCS) dan Clearance Delivery Unit (CDU). Salah satu alasan dipasangnya kedua alat tersebut di Bandara Juanda adalah memiliki trafik penerbangan yang sangat tinggi, selain yang sudah ada di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, dan dalam proses di Bandara Ngurah Rai Bali serta Sultan Hasanuddin Makassar.
Dikatakan fungsi ASMGCS yang dipasang di menara air traffic control (ATC) untuk mengamati pesawat saat melakukan pergerakan di landas hubung (taxiway) dan landas pacu (runway). Selain itu juga untuk mendeteksi pergerakan pesawat baik menuju atau dari tempat parkir pesawat (apron) yang tidak bisa terlihat secara visul dari menara ATC.
"Sebelum ada ASMGCS keberadaan pesawat terbang hanya bisa terlihat pada siang hari saat hujan dan kondisi cuaca yang buruk. Tapi dengan ada alat itu maka pesawat bisa terlihat pada situasi apapun," katanya.
Selain itu jika tanpa ASMGCS kemungkinan bisa terjadi kesalahan tanda panggil pada urutan pesawat yang akan terbang, tapi dengan alat itu maka tanda panggil terakurasi pada urutannya.
Juga jika tanpa menggunakan alat itu, kata Yasrul, maka pemandu lalu lintas susah membedakan tipe pesawat, tapi jika menggunakan ASMGCS maka tipe pesawat akan tertulis secara otomatis dan jelas.
Manager Operasi AirNav Cabang Surabaya Budhi Winarto mengatakanprinsip kerja ASMGCS adalah menggunakan antene pendeteksi sinyal melalui sensor yang dipasang pada posisi geografis yang berada di sekitar bandara atau cakupan area yang ditunjuk pesawat atau kendaraan harus mengirimkan Mode S.
"Kalau di Bandara Juanda kita memasang 13 sensor yang terletak diberbagai titik strategis yang dilalui oleh pesawat terbang,"katanya.
Mengenai manfaat CDU, Budhi mengatakan memastikan semua pesawat yang akan berangkat telah memiliki rencana penerbangan yang valid serta memperoleh informasi yang relevan terkait kondisi cuaca.
Selain itu juga mengurangi keterlambatan keberangkatan pesawat, data penerbangan menjadi lebih akurat dan terkoreksi, serta mengurangi potensi kehilangan data penagihan.
"Ïntinya adalah manfaat kedua alat tersebut untuk meningkatkan keamanan dan keselamatan penerbangan baik saat di darat maupun udara," kata Budhi
AirNav pasang peralatan canggih di Bandara Juanda
Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (AirNav Indonesia) memasang dua peralatan canggih dan modern di Bandara Internasional Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur, yang dapat membantu dan mempermudah pemandu lalu lintas udara dalam memantau pergerakan pesawat terbang.
"Peralatan canggih itu salah satunya berasal dari Amerika Serikat dan sudah banyak digunakan di sejumlah bandar udara internasional di berbagai negara dan memang banyak membantu petugas pemandu lalu lintas udara," kata General Manager AirNav Cabang Surabaya Yasrul kepada pers di Sidoarjo, Jumat.
Kedua alat canggih tersebut adalah Advanced Surface Movement Guidance and Control System (ASMGCS) dan Clearance Delivery Unit (CDU).
Salah satu alasan dipasangnya kedua alat tersebut di Bandara Juanda adalah memiliki trafik penerbangan yang sangat tinggi, selain yang sudah ada di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, dan dalam proses di Bandara Ngurah Rai Bali serta Sultan Hasanuddin Makassar.
Dikatakan fungsi ASMGCS yang dipasang di menara air traffic control (ATC) untuk mengamati pesawat saat melakukan pergerakan di landas hubung (taxiway) dan landas pacu (runway). Selain itu juga untuk mendeteksi pergerakan pesawat baik menuju atau dari tempat parkir pesawat (apron) yang tidak bisa terlihat secara visul dari menara ATC.
"Sebelum ada ASMGCS keberadaan pesawat terbang hanya bisa terlihat pada siang hari saat hujan dan kondisi cuaca yang buruk. Tapi dengan ada alat itu maka pesawat bisa terlihat pada situasi apapun," katanya.
Selain itu jika tanpa ASMGCS kemungkinan bisa terjadi kesalahan tanda panggil pada urutan pesawat yang akan terbang, tapi dengan alat itu maka tanda panggil terakurasi pada urutannya.
Juga jika tanpa menggunakan alat itu, kata Yasrul, maka pemandu lalu lintas susah membedakan tipe pesawat, tapi jika menggunakan ASMGCS maka tipe pesawat akan tertulis secara otomatis dan jelas.
Manager Operasi AirNav Cabang Surabaya Budhi Winarto mengatakanprinsip kerja ASMGCS adalah menggunakan antene pendeteksi sinyal melalui sensor yang dipasang pada posisi geografis yang berada di sekitar bandara atau cakupan area yang ditunjuk pesawat atau kendaraan harus mengirimkan Mode S.
"Kalau di Bandara Juanda kita memasang 13 sensor yang terletak diberbagai titik strategis yang dilalui oleh pesawat terbang,"katanya.
Mengenai manfaat CDU, Budhi mengatakan memastikan semua pesawat yang akan berangkat telah memiliki rencana penerbangan yang valid serta memperoleh informasi yang relevan terkait kondisi cuaca. Selain itu juga mengurangi keterlambatan keberangkatan pesawat, data penerbangan menjadi lebih akurat dan terkoreksi, serta mengurangi potensi kehilangan data penagihan.
"Ïntinya adalah manfaat kedua alat tersebut untuk meningkatkan keamanan dan keselamatan penerbangan baik saat di darat maupun udara," kata Budhi.