TASIKMALAYA, AYOBANDUNG.COM -- Meskipun menderita penyakit stroke, Wawan (59 tahun) dan Triyana (39 tahun), warga Cikaleker, Desa Rancapaku, Kecamatan Padakembang, Kabupaten Tasikmalaya, tetap berupaya untuk berdaya dengan membuat gitar. Kakak beradik ini sudah menekuni sebagai pembuat gitar selama sembilan tahun.
Saat ditemui di rumahnya, Wawan mengatakan setelah terserang strok pada 2007 lalu, ia terpaksa harus berhenti bekerja sebagai pemain musik. Selama hampir tiga tahun atau hingga 2010, Wawan terus berupaya untuk melawan penyakit strok dengan melakukan pengobatan medis.
Hasilnya, tangannya yang semula sulit digerakan menjadi normal dan bisa bergerak. "Saya berobat sampai tahun 2010, alhamdulilah tangan sudah mulai digerakan. Tapi dari situ bingung untuk bekerja dan cari nafkah," papar Wawan, Kamis (26/9).
Terdorong pemenuhan kewajiban kepada keluarga dan mengisi waktu luang karena tidak bekerja, Wawan mengajak kepada adiknya, Triyana, yang sama-sama menderita strok untuk membuka jasa servis gitar. Banyak warga dan penggemar alat musik petik itu yang memanfaatkan jasa perbaikan mereka.
AYO BACA : Kekeringan Persawahan Tasik Bertambah 86 Ha dalam Dua Pekan
"Awalnya membuka jasa perbaikan gitar, banyak yang minta servis gitar seperti gagangnya, ada juga yang ganti bodinya," kata Wawan.
Melihat potensi itu, Wawan dan Triyana akhirnya membutuskan untuk membuat gitar sendiri. Bermodal bahan-bahan yang ditemui di sekitarnya, mereka awalnya membuat satu gitar. Bahan gitar yang dipakai di antaranya triplek untuk bodi dan kayu pohon pete untuk pegangan gitar.
Keahlian membuat gitar, kata Wawan, didapat secara alami dari pengalamannya sebagai pemain musik. Tidak disangka, hasil karya Wawan dan Triyana mendapatkan apresiasi dari penggemar gitar.
"Awalnya kami buat satu untuk contoh, tapi pas ada yang liat akhirnya dibeli. Dari situ alhamdulilah ada pesanan," kata Wawan.
AYO BACA : Polres Tasikmalaya Ungkap Bisnis Prostitusi Online di Singaparna
Karena keterbatasan modal, Wawan dan Triyana membuat gitar secara manual, tanpa mesin. Hal itu membuat pengerjaan menjadi cukup lama. Untuk menyelesaikan satu gitar pesanan, dibutuhkan waktu setidaknya tiga minggu pengerjaan.
"Karena modalnya tidak ada, jadi pake manual. Dirautan kayu untuk pegangan, jadi lama pengerjaannya," ungkap Wawan.
Wawan mengaku hanya mengerjakan pesanan sehingga jika tidak ada yang memesan, ia tidak memproduksi gitar. Untuk satu gitar, ditetapkan ongkos membeli bahan kepada pemesan. Pemesan hanya memberikan uang jasa pembuatan.
"Jadi bahan dari pemesan, untuk asesorisnya. Kita bahan triplek sama kayu saja. Satu gitar ada yang ngasih Rp 400 ribu ada yang Rp 600 ribu," ungkap Wawan.
Hasil tangan kreatif Wawan dan Triyana ini bahkan sudah diakui oleh penggemar gitar dari Tasikmalaya, Bandung, bahkan hingga Bali. Ini dibuktikan dengan adanya pesanan dari ketiga kota tersebut. Pemasarannya sendiri mulai dari mulut ke mulut tanpa menggunakan media sosial.
"Kualitas berani diadu sama pabrikan, pesanan paling jauh itu dari Bali. Katanya dapat info dari temannya yang pernah mesen dari sini," ungkap Wawan.
AYO BACA : Disdik Tasik Klaim Telah Ajukan Perbaikan Sekolah Rusak ke Kemendikbud