REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Warga Kota Ambon dan sekitarnya panik dan berlarian ke arah dataran tinggi di kota tersebut sehingga menyebabkan kemacetan di sejumlah ruas jalan. Warga mencari dataran tinggi untuk menghindari kemungkinan terjadinya tsunami usai dilanda gempa bumi dengan magnitudo 6,8, Kamis (26/9) pagi.
Wartawan ANTARA di Ambon melaporkan, lalu lintas di berbagai ruas jalan di Kota Ambon macet karena dipadati oleh warga yang menggunakan kendaraan, baik roda dua maupun roda empat, yang berupaya menuju ke sejumlah dataran tinggi di kota itu. Sejumlah wilayah yang dianggap cukup tinggi menjadi tujuan warga Kota Ambon antara lain kawasan Desa Paso, Kelurahan Karampanjang, dan Dusun Kayu Putih, Kelurahan Kudamati, walau gempa tersebut dilaporkan tidak berpotensi tsunami.
Sementara itu, kepanikan warga semakin bertambah karena gempa susulan masih terus terjadi dengan guncangan yang cukup kuat dirasakan warga. Akibat gempa tersebut, sejumlah bangunan terlihat mengalami kerusakan.
Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan gempa Ambon dengan magnitudo 6,8 memiliki intensitas maksimum VII-VI MMI menyebabkan jembatan dan bangunan di sana mengalami kerusakan. Gempa dangkal dengan kedalaman 10 km berkekuatan magnitudo 6,8 yang mengguncang Ambon, Provinsi Maluku, pada Kamis pukul 06.46 WIB itu dengan koordinat 3.38 lintang selatan dan 128.43 bujur timur berjarak 40 km Timur Laut Ambon Maluku.
"Gempa tersebut dipicu sesar aktif," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono.
BMKG mengimbau masyarakat tetap waspada akan potensi bahaya dari gempabumi. Apalagi gempa susulan masih terjadi.
"Hingga hari Kamis, 26 September 2019 pukul 07.45 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya 10 aktivitas gempabumi susulan (aftershocks) dengan magnitude terbesar Magnitudo 5,6," ucapnya.