REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti senior dari Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro menilai, jika Pancasila ingin membumi maka bangsa ini memerlukan panutan. Hal itu perlu dicerminkan oleh para tokoh nasional hingga daerah.
"Kita berharap munculnya teladan dari semua tokoh, pemuka agama, pemuka adat, elite nasional, elite regional, elite lokal dan seterusnya. Jadi bukan hanya seruan yang klise," kata Siti Zuhro di Jakarta, Rabu (25/9).
Menurut Zuhro, kalau para tokoh bisa merefleksikan Pancasila, maka ideologi seperti khilafah dan komunisme akan tertolak dengan sendirinya.
"Tidaklah perlu kita menyebut-nyebut 'saya Pancasila, saya Indonesia', tetapi yang diperlukan adalah bagaimana kita sebagai warga negara Indonesia bisa menghayati, mengimplementasikan dan mengonkretkan Pancasila itu dalam kehidupan dan keseharian kita," ujarnya.
Menurut Siti Zuhro di tengah serbuan ideologi asing, ideologi Pancasila harus lebih diperkokoh. Pasalnya tidak mungkin Indonesia dibangun tanpa Pancasila.
"Pancasila itu adalah karakter kita, nafas kita, roh kita, ideologi kita. Kalau itu ditinggalkan, kita akan membangun nilai-nilai baru yang tidak jelas sehingga masuklah infiltrasi ideologi lain yang seolah-olah akan menjadikan Indonesia lebih baik, baik itu khilafah maupun komunisme," ujarnya.
Menurut Siti Zuhro sangat penting ditanamkan kepada masyarakat terutama generasi muda rasa memiliki negara ini dengan segala nilainya. Termasuk empat konsensus dasar, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bineka Tunggal Ika.
"Harus disampaikan bahwa tidak ada ideologi lain selain Pancasila untuk warga negara Indonesia. Tidak hanya oleh para pengajar, tetapi juga oleh para pengurus lembaga negara," ujar Siti Zuhro.
Pada saat bersamaan, menurut Siti Zuhro, penegakan hukum terhadap penyebar ideologi lain selain Pancasila harus dilakukan karena itu merongrong bangsa dan kedaulatan negara.