REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Debit air Waduk Ir Djuanda atau Jatiluhur, terus mengalami penyusutan saat musim kemarau tahun ini. Bahkan, penyusutannya terbilang sangat cepat. Setiap dua jam sekali, air waduk tersebut menyusut dua centi meter. Meski demikian, PJT II Jatiluhur sebagai pengelola waduk itu menilai sampai saat ini belum membutuhkan modifikasi cuaca atau hujan buatan.
Direktur Utama PJT II Jatiluhur, U Saefudin Noer, mengatakan, kemarau yang panjang ini memang telah berdampak pada penyusutan air. Akan tetapi, sampai hari ini cadangan air yang tersedia di waduk terbesar di Jabar ini, masih cukup besar. Yakni, mencapai 345,84 juta meter kubik lagi.
"Dengan masih besarnya cadangan air ini, maka sampai hari ini kita belum membutuhkan hujan buatan," ujar Saefudin, kepada Republika.co.id, Rabu (25/9).
Apalagi, lanjutnya, untuk modifikasi cuaca ini tidak hanya diputuskan oleh satu pihak saja. Sebab, ada tiga waduk di aliran kaskade Sungai Citarum ini. Yaitu, Saguling, Cirata dan Jatiluhur. Jadi, jika modifikasi ini harus dilakukan, maka kebijakannya harus diputuskan bersama, dengan pengelola waduk lainnya.
Meski demikian, lanjut Saefudin, pihaknya sudah menyiapkan anggaran sebesar Rp 4,5 miliar. Jika, modifikasi cuaca ini dibutuhkan, maka anggaran tersebut akan digunakan untuk kegiatan tersebut.
Akan tetapi, dengan masih besarnya cadangan air ini, berarti pasokan air untuk wilayah hilir masih terjamin. Apalagi, masih ada 185 ribu hektare sawah masih masih melakukan aktivitas tanam.
"Meskipun, debit air waduk terus menyusut, tapi kita menjamin pasokan air ke hilir akan tetap terjaga," ujarnya.