Selasa 24 Sep 2019 21:30 WIB

BPPT Targetkan Hujan Buatan Turunkan Karhutla

proses penyemaian untuk hujan buatan menggunakan garam NaCl.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Muhammad Hafil
  Petugas menuangkan garam semai yang digunakan untuk operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau hujan buatan di Lanud Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Selasa (14/1).(Republika/Rakhmawaty La'lang)
Petugas menuangkan garam semai yang digunakan untuk operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau hujan buatan di Lanud Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Selasa (14/1).(Republika/Rakhmawaty La'lang)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Tri Handoko Seto mengatakan keberhasilan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau hujan buatan tak lepas dari penggunaan Kapur Tohor aktif (CaO). Sebelumnya, kata Seto, proses penyemaian untuk hujan buatan menggunakan garam NaCl.

"Sejak Jumat, bibit-bibit awan sudah mulai banyak, kita juga melalui upaya-upaya TMC yang dulu biasanya hanya dengan garam NaCl, sekarang juga gunakan CaO, itu membantu percepat proses pertumbuhan awan," ujar Seto saat jumpa pers di Kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Jakarta, Selasa (24/9).

Hasilnya, kata Seto, hujan sudah mulai turun dengan intensitas yang merata dan cukup signifikan sekitar 70 juta meter kubik di Kalimantan Barat. Sementara di Kalimantan Tengah sekitar 15 juta meter kubik, namun masih belum mampu meredam kepekatan asap secara signfikan.

"Dalam kondisi kebakaran hutan yang parah itu, maka saya kira semua sepakat, satu-satunya yang bisa hentikan itu, hujan, karena itu TMC atau hujan buatan diharapkan berperan banyak," ucap Seto. 

Seto mengatakan secara kuantitatif sekitar 50 persen kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kalimantan Barat sudah teratasi berkat penggunaan hujan buatan. Namun, di wilayah lain, dampak hujan buatan secara angka masih relatif kecil persentasenya.

"Dengan semakin banyak potensi yang ada maka BPPT menargetkan sampai 30 September akan ada perubahan signifikan terhadap penurunan ekskalasi karhutla," kata Seto menambahkan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement