Selasa 24 Sep 2019 19:03 WIB

Dampak Asap bagi Kelompok Rentan

Masyarakat pemilik penyakit paru kronis, ibu hamil, anak-anak masuk kelompok rentan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yudha Manggala P Putra
Seorang ibu dan anaknya mengenakan masker medis saat asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (10/9/2019
Foto: Antara/Rony Muharrman
Seorang ibu dan anaknya mengenakan masker medis saat asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (10/9/2019

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Asap akibat kebakaran hutan dan lahan di sejumlah daerah Indonesia membahayakan tubuh. Internis Pulmonologist Universitas Gadjah Mada, dr. Sumardi mengatakan, berbagai dampak kesehatan perlu diwaspadai.

"Terutama, bagi kelompok rentan," kata Sumardi saat ditemui di Departemen Pulmonologi FKKMK, Instalasi Rawat Jalan RS Sardjito, Senin (23/9).

Sumardi menuturkan, masyarakat yang memiliki penyakit paru kronis masuk ke kelompok rentan. Seperti paru akibat rokok, asma, TBC, bekas TBC dan batuk berdahak karena rokok masuk kelompok rentan.

Ia menekankan, paparan kabut asap akan semakin memperburuk penyakit yang diderita. Pakar penyakit dalam spesialis paru-paru ini menilai, anak-anak, ibu hamil dan lansia masuk pula ke kelompok rentan.

"Bagi orang tua atau lansia, paparan kabut asap ini bisa memicu penyakit bawaan, misalnya lansia yang punya penyakit jantung bisa kambuh akibat terpapar kabut asap," ujar Sumardi.

Kabut asap ini berpengaruh pula kepada tumbuh kembang anak. Bahkan, ia berpendapat, kecerdasan anak dapat terganggu sebagai dampak dari perkembangan otak yang terganggu.

Untuk ibu hamil, paparan kabut asap membahayakan karena mereka akan mudah mengalami gangguan hipoksia. Akibatnya, mereka kekurangan pasokan oksigen dalam tubuh dan dapat mengganggu pertumbuhan janin.

"Perkembangan otak maupun organnya terganggu dan kebanyakan terlahir dengan berat badan lahir rendah," kata Sumardi.

Untuk itu, ketika terjadi kabut asap, ia mengimbau masyarakat untuk menggunakan masker. Sumardi menyarankan agar bagian luar masker dibasahi dengan air sebelum dipakai.

Tujuannya, tidak lain agar partikel-partikel polusi di udara bisa langsung menempel di masker. Kemudian, ketika pengguna sudah mulai merasa sesak, Sumardi menyarankan mereka segera mengganti masker.

Bila memungkinkan, Sumardi meminta kelompok rentan untuk mengungsi ke daerah yang terbebas kabut asap sementara waktu. Harapannya, itu bisa meminimalisir dampak kekambuhan penyakit akibat kabut asap.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement