Selasa 24 Sep 2019 08:11 WIB

Wamena Rusuh: LIPI Akibat Persoalan Lama tak Tuntas

Gubernur Papua meminta mahasiswa tak mengacau keamanan.

Pengendara melintasi Kantor Bupati Jayawijaya yang terbakar saat aksi unjuk rasa di Wamena, Jayawijaya, Papua, Senin (23/9/2019).
Foto: Antara/Marius Wonyewun
Pengendara melintasi Kantor Bupati Jayawijaya yang terbakar saat aksi unjuk rasa di Wamena, Jayawijaya, Papua, Senin (23/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi unjuk rasa di Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, berujung kerusuhan, kemarin. Akibatnya, penerbangan di Bandara Wamena disetop sementara. Bahkan, para demonstran melakukan pembakaran terhadap fasilitas umum.

Menurut Koordinator Jaringan Damai Papua yang juga Peneliti LIPI Adriana Elisabeth, kericuhan di Wamena pada hari ini akibat persoalan sebelumnya yang belum dituntaskan. "(Akibat) Persoalan yang terjadi sebelumnya belum diselesaikan dari masalah rasisme, persekusi, bahkan kriminalisasi mahasiswa," ujar Adriana saat dihubungi melalui pesan singkat, Senin (23/9).

Sehingga, lanjut Adriana, persoalan sebelumnya meluas dan problema sosial atau psiko sosial yang sudah ada sebelum kerusuhan yang bulan lalu terjadi. Oleh karena itu, ia berharap agar pemerintah dapat menyelesaikan akar masalah di Papua dengan tuntas. Apalagi, akar masalah tersebut sudah pernah dianalisis.

"Akar masalah jelas sudah dianalisis dalam buku Papua Road Map. Itu saja dipahami dan diselesaikan maka bisa mengurangi Papua dimanfaatkan oleh siapa pun untuk macam-macam kepentingan," ujarnya.

Akibat seringnya kericuhan yang terjadi di Bumi Cenderawasih tentu akan menjadi perhatian dunia luar, khususnya media asing. Seperti pada kericuhan sebelumnya yang menyita perhatian media luar negeri yang turut memberitakan kondisi Papua. Padahal, mereka hanya menerima tulisan bahkan gambar-gambar terkait Papua.

\"Mereka (media asing) hanya dengan menerima teks tentang satu peristiwa, akan mudah membuat berita apalagi ditambah gambar-gambar lama maupun terbaru,\" tutur Adriana.

Sementara itu, Gubernur Papua Lukas Enembe meminta kegiatan yang mengganggu stabilitas keamanan harus segera dihentikan. "Saudara hentikan seluruh kegiatan yang berbau kejahatan, jika mau sekolah, kembali ke tempat studi kalau daerah itu dianggap aman," katanya di Jayapura, Senin.

Menurut Lukas, pihaknya mengakui terjadi gangguan, baik di Kabupaten Jayawijaya maupun Kota Jayapura sehingga mengakibatkan adanya bentrok. \"Mahasiswa yang eksodus dari kota studi menduduki Universitas Cenderawasih (Uncen) lalu diamankan polisi, tapi ketika pulang terjadi bentrok dengan anggota TNI/Polri di wilayah Expo Waena," ujarnya.

Dia menambahkan, pemerintah menyiapkan transportasi bagi mahasiswa untuk kembali ke kota studi. “Jangan datang ke Papua lalu mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat setempat dengan jargon-jargon tertentu. Pasti aparat keamanan akan menindak tegas jika saudara mengganggu aktivitas pemerintah, termasuk pembakaran maupun pemblokiran ruas jalan pemerintah sehingga diminta semua dihentikan,\" ujarnya.

Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto menyebutkan, aparat keamanan masih terus melakukan penanganan pascaricuh yang terjadi di Wamena, Papua. "Sekarang masih terus ya penanganan dilakukan aparat keamanan, yah, terutama di Wamena ada pembakaran dan sudah ada korban juga dari kedua belah pihak," kata Wiranto kepada wartawan di kantor Kemenko Polhukam, Senin.

Wiranto tidak menjelaskan secara perinci situasi keamanan di Papua, khususnya di Wamena. "Secara perinci nanti karena disampaikan oleh Humas Mabes Polri atau besok setelah kita dapat laporan lengkap, kami sampaikan kepada masyarakat agar tidak ada kekeliruan," kata Wiranto.

Sedangkan pihak kepolisian masih mendalami indikasi keterkaitan massa demonstrasi di depan kampus Universitas Cenderawasih (Uncen) Abepura, Kota Jayapura, serta massa unjuk rasa berakhir anarkistis di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua. \"Yang Universitas Cenderawasih dan Wamena beda, tetapi indikasi keterkaitan didalami aparat," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, kemarin.

Sementara untuk aksi anarkistis di Wamena pada Senin pagi, personel TNI-Polri meredam massa dan memitigasi agar kericuhan tidak meluas dengan melibatkan tokoh agama, tokoh adat, serta pemda untuk mengajak massa tidak terprovokasi berita hoaks.

"Boleh dikatakan penyebaran berita hoaks tersebut yang memicu kejadian yang ada di sana. Saat ini ditangani," kata Dedi Prasetyo. Soal penyebar hoaks isu rasial yang menyebabkan terjadinya kericuhan di Wamena, masih didalami Direktorat Tindak Pidana Siber Badan Reserse Kriminal Polri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement