Senin 23 Sep 2019 16:29 WIB

Orang Utan akan Punah Bila Karhutla Masih Terjadi

Jika masalah terkait kebakaran tak segera diselesaikan, orang utan akan segera punah.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Andi Nur Aminah
Satu dari dua individu Orangutan bergelantungan di pohon di lokasi karhutla di Desa Sungai Awan Kiri, Kecamatan Muara Pawan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, Senin (16/9/2019).
Foto: Antara/HO
Satu dari dua individu Orangutan bergelantungan di pohon di lokasi karhutla di Desa Sungai Awan Kiri, Kecamatan Muara Pawan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, Senin (16/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, KETAPANG -- Ketua Yayasan IAR Indonesia Tantyo Bangun meminta pemerintah segera menghentikan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) khususnya di Pulau Kalimantan dan Sumatra. Menurut Tantyo, karhutla telah nyata mengancam manusia karena kabut asap dan juga mengancam habitat orang utan dan satwa liar lainnya yang berlindung di dalam hutan.

Tantyo menyebut pupolasi orang utan yang terus berkurang bisa punah bila karhutla terus terjadi. “Sudah saatnya kita menyelesaikan masalah kebakaran yang tidak hanya merugikan manusia, tetapi juga turut serta merugikan alam dan memusnahkan keanekaragaman hayati di dalamnya termasuk orang utan. Jika masalah terkait kebakaran tidak segera kita selesaikan, orang utan akan segera punah," kata Tantyo, Senin (23/9).

Baca Juga

 

Sejak sepekan terakhir, Yayasan IAR sudah menyelamatkan tiga ekor urang utan. Dua individu orang utan pekan lalu diselamatkan setelah bertahan di tengah kepungan asap di atas pohon di hutan Ketapang, Kalimantah Barat. Pada Sabtu (21/9), satu individu orang utan diselamatkan setelah terjebak di lahan pertanian warga di provinsi yang sama.

Orang utan, menurut Tantyo, terpaksa mencari makan ke lahan pertanian warga karena habitatnya di dalam hutan semakin sempit. Karena hutan yang menjadi rumahnya terbakar.

Tantyo menyebut bila karhutla terus berlanjut, Yayasan IAR Indonesia bersama BKSDA akan melakukan penyelamatan besar-besaran terhadap orang utan. Ia mengingat pada bencana Karhutla 2015 lalu yang juga masif seperti sekarang. Saat itu, kata dia, pihaknya mengevakuasi lebih dari 40 individu orangutan dari hutan.

Selain terancam karena habitatnya menyempit, orang utan menurut Tantyo juga terancam konflik dan perburuan oleh manusia karena mereka terdesak sampai ke dekat lahan pertanian dan permukiman warga.

"Sudah saatnya kita menyelesaikan masalah kebakaran yang tidak hanya merugikan manusia, tetapi juga turut serta merugikan alam," ucap Tantyo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement