Senin 23 Sep 2019 14:39 WIB

Warga Jualan Masker di Tengah Kabut Asap

Warga tetap berharap kabut asap bisa segera berlalu.

Rep: Antara/ Red: Indira Rezkisari
Foto udara Sungai Batanghari yang diselimuti kabut asap dari karhutla di Jambi, Sabtu (21/9/2019).
Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Foto udara Sungai Batanghari yang diselimuti kabut asap dari karhutla di Jambi, Sabtu (21/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI -- Kabut asap yang menyelimuti Jambi akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) dimanfaatkan warga dengan berjualan masker. Penjualan masker oleh warga dilakukan setidaknya sejak sepekan terakhir.

"Baru beberapa hari ini jualan masker, sembari jualan paket data telepon," kata penjual masker Firman di Jambi, Senin (23/9).

Baca Juga

Dia menjelaskan, berjualan masker tersebut dilakukannya karena dalam sepekan terakhir kabut asap yang terjadi di kota itu semakin pekat. Sehingga penggunaan masker menjadi pilihan utama ketika melakukan aktivitas di luar ruangan.

Ia menjajakan masker-masker tersebut di Jalan Abun Jani, Kecamatan Danau Sipin, Kota Jambi. Sembari menjual paket data telepon, masker dengan berbagai bentuk dan ukuran tertata rapi di pinggir jalan.

Model masker yang dijualnya cukup bervariasi, ada yang jenis zebo, masker biasa dan masker kain. Harga jual masker tersebut juga lumayan terjangkau. Ia menjual masker tersebut dari harga Rp 5 ribu yang termurah, hingga Rp 15 ribu yang termahal.

Dikatakannya, permintaan akan masker tersebut cukup tinggi. Rata-rata masyarakat yang membeli masker yang mengendarai kendaraan roda dua dan pejalan kaki. Namun tak jarang masyarakat yang mengendarai kendaraan roda empat juga membeli masker di tempatnya.

Meski Firman merasa senang masker yang dijualnya laris terjual karena kabut asap yang terjadi. Namun Ia berharap kabut asap tersebut dapat segera berakhir. Menurut Firman kabut asap yang terjadi sangat berdampak buruk bagi kesehatan.

Karena bukan sekedar kabut asap, namun juga terdapat partikel debu yang berterbangan sehingga menyebabkan dada terasa sesak jika cukup lama berada di luar ruangan.

"Kita berharap kabut asap ini cepat berakhir, kasian anak-anak, saya yang orang dewasa saja sesak napas, padahal saya ini perokok, tapi kalau menghirup udara ini dada terasa sesak sekali," kata Firman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement