REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga kota Dumai Provinsi Riau merogoh kocek jutaan rupiah untuk membeli alat pemurni udara atau air purifier untuk meminimalkan dampak asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Salah satunya Ratri (26), yang memilih mengeluarkan uang Rp 2,6 juta untuk membeli alat pemurni udara tersebut.
"Kalau saya beli Rp 2,6 juta untuk ruangan kurang lebih 30 meter persegi," ujar Ratri saat dihubungi Republika.co.id di Jakarta, Ahad (22/9).
Menurut dia, kualitas udara yang dihirup di ruangan rumahnya yang dipasangi alat pemurni udara lebih baik ketimbang udara di luar. Meski harus merogoh kocek lebih dalam, Ratri tak segan membeli alat itu untuk mencegah penurunan kesehatan anak dan suaminya akibat asap.
"Saya mikirnya untuk investasi kesehatan, daripada untuk pengobatan mending pencegahan," kata dia.
Ratri mengatakan, alat pemurni udara itu kini diburu masyarakat yang ingin mendapatkan kualitas udara lebih baik. Termasuk perusahaan yang juga ikut memborong alat pemurni udara tersebut.
Hal itu ia ketahui dari pemilik toko, sehingga Ratri juga harus memesannya terlebih dahulu. Menurut pemilik toko, permintaan alat pemurni udara meningkat seiring asap karhutla yang terus terjadi.
"Saya beli di Dumai. Saya pesan di tokonya, soalnya barangnya habis diborong perusahaan. Jadi nunggu ready," tutur Ratri.
Saat ini kualitas udara di Kota Pekanbaru, Riau tergolong sangat tidak sehat sesuai informasi Indeks Standar Pencemar Udara pada PM10 melebihi angka 500 per pukul 10.00, Ahad. Sejak tengah malam PM10 telah lebih dari 300.