Senin 23 Sep 2019 00:40 WIB

HNSI: Ribuan Nelayan Sumut tak Melaut Akibat Asap Karhutla

Asap yang mengganggu jarak pandang nelayan dilaporkan berasal dari Provinsi Riau.

[ilustrasi] Seorang nelayan menaiki perahu motornya saat melintas di lokasi pengembangan terminal penumpang Pelabuhan Sibolga di Sibolga, Sumatera Utara, Kamis (7/2/2019).
Foto: Antara/Irsan Mulyadi
[ilustrasi] Seorang nelayan menaiki perahu motornya saat melintas di lokasi pengembangan terminal penumpang Pelabuhan Sibolga di Sibolga, Sumatera Utara, Kamis (7/2/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Ribuan nelayan tradisional di sejumlah kabupaten/kota di Provinsi Sumatra Utara, terpaksa tidak pergi melaut akibat kabut asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Asap yang mengganggu jarak pandang nelayan dilaporkan berasal dari Provinsi Riau dan beberapa daerah lainnya di Pulau Sumatera.

Wakil Ketua DPD Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Sumut, Nazli dikonfirmasi, Ahad (23/9), membenarkan nelayan tradisional tidak menangkap ikan, akibat kabut asap di laut masih pekat, mengganggu jarak pandang. Nelayan yang tidak pergi ke laut, menurut dia, dari Kabupaten Mandailing Natal, Tapanuli Tengah, Kota Sibolga, dan Kepulauan Nias.

Baca Juga

"Nelayan yang berasal dari wilayah Pantai Barat Sumatra, selama sepekan ini tidak turun ke laut, dan menganggur di rumah," ujar Nazli.

Nazli mengatakan, tidak melautnya nelayan kecil itu, mengakibatkan ikan yang dijual dipajak semakin berkurang dan harganya juga cukup mahal. Ketakutan nelayan mencari ikan di laut, disebabkan jarak pandang di tengah laut yang tidak begitu jelas dan hal itu bisa mengakibatkan mereka tidak mengetahui arah dan tujuan.

"Bisa saja nelayan tersebut sampai ke India, Australia dan Afrika, karena mengarungi perairan Samudera Hindia dan merupakan lautan lepas," ucap dia.

Nazli menjelaskan, nelayan itu juga tidak dilengkapi peralatan navigasi modern yang cukup canggih yang mampu mendeteksi kabut asap di tengah laut. Bahkan, nelayan tradisional itu, hanya memiliki alat pemantau ikan di tengah laut.

"Jadi, peralatan nelayan di wilayah Pantai Barat itu, serba minim dan tidak dapat memantau situasi kabut asap, ombak besar dan angin badai," katanya.

Kabut Asap di Siantar

Kabut asap menyelimuti wilayah Kota Pematangsiantar dan Kabupaten Simalungun, pada Kamis (19/9). Sampai pukul 14.00 WIB, matahari pun belum terlihat di daerah itu.

"Kemarin-kemarin (matahari) masih muncul, meski tidak terik," kata Santi (33), warga Kelurahan Proklamasi, Kecamatan Siantar Barat, Kota Pematangsiantar.

Perbukitan Bukit Barisan di kawasan Kabupaten Simalungun yang biasanya terlihat dari kediaman warga Kota Pematangsiantar, namun saat ini tertutup kabut asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang dilaporkan berasal dari Provinsi Riau. Sejumlah warga menduga terhalang atau terganggunya pandangan, karena penglihatan mata yang bermasalah.

"Kirain mata yang mulai rusak, taunya ada kabut asap," kata Junaidi (43), warga Kelurahan Sinaksak, Kecamatan Tapian Dolok, Kabupaten Simalungun.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement