Ahad 22 Sep 2019 20:06 WIB

Letusan Merapi, BPPTKG Terbitkan Zona Orange

BPPTKG meminta masyarakat tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Endro Yuwanto
Aktivitas puncak Gunung Merapi mengeluarkan asap putih terlihat dari kawasan Kalitalang, Balerantai, Kemalang, Klaten, Jawa Tengah, Selasa (20/8/2019).
Foto: Antara/Aloysius Jarot Nugroho
Aktivitas puncak Gunung Merapi mengeluarkan asap putih terlihat dari kawasan Kalitalang, Balerantai, Kemalang, Klaten, Jawa Tengah, Selasa (20/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Gunung Merapi memuntahkan letusan awan panas beramplitudo 70 milimeter pada Ahad (22/9) siang. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menerbitkan zona orange atas kejadian tersebut.

Kepala BPPTKG Hanik Humaida mengatakan, letusan awan panas memiliki durasi 125 detik dengan jarak diperkirakan sejauh 1.200 meter. Dari CCTV Merbabu, kolom asap letusan setinggi 800 meter dari puncak.

"Untuk mengantisipasi gangguan abu vulkanik terhadap penerbangan, maka Volcano Observatory Notice for Aviation (VONA) diterbitkan dengan kode warna orange," kata Hanik, Ahad (22/9).

Hanik menerangkan, hujan abu tipis dilaporkan terjadi di sekitar Gunung Merapi dalam radius 15 kilometer. Namun, hujan abu dominan terjadi di sektor barat daya.

Tidak seperti guguran awan panas (APG) yang biasa terjadi sejak 29 Januari 2019, awan panas kali ini didului letusan gas. Sehingga, kejadian itu disebut sebagai awan panas letusan (APL).

APG disebabkan runtuhnya materi kubah lava baru secara gravitasional atau tanpa kecepatan awal yang signifikan. Sedangkan, APL merupakan runtuhnya material kubah lava akibat dari tekanan gas dari dalam.

Seiring berlangsungnya suplai magma, gas vulkanik diproduksi secara berkelanjutan. Dinamika tekanan mengakibatkan gas dapat tersumbat dan terakumulasi di bawah kubah lava dan terlepas secara tiba-tiba.

Kondisi itu yang membuatnya mendobrak kubah lava dan runtuh menjadi awan panas. Adanya peningkatan tekanan gas ini dapat terdeteksi oleh stasiun-stasiun pemantauan.

Sejak pukul 00.00-12.00 WIB, terjadi 29 kali gempa multifase dan 14 kali gempa hembusan. Jumlah gempa keduanya tergolong tinggi yang dapat diartikan peningkatan tekanan dan intensitas pelepasan gas vulkanik.

"Hal ini konsisten dengan data pemantauan suhu kubah lava sekitar satu jam menjelang letusan yang menunjukkan adanya kenaikan suhu pada beberapa titik kubah lava sekitar 100 derajat Celcius," ujar Hanik.

Data pemantauan menurun dan tenang kembali setelah kejadian letusan awan panas sampai Ahad malam. Baik APG maupun APL, diprediksi terjadi karena suplai magma masih berlangsung.

Ini ditunjukkan masih terjadinya gempa-gempa dari dalam, seperti gempa VTA, VTB, dan MP dalam jumlah yang signifikan. Ancaman bahaya yang dapat ditimbulkan dari aktivitas erupsi saat ini masih sama. "Yaitu, luncuran awan panas dan lontaran material erupsi di dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi," kata Hanik.

Pemodelan menunjukkan jika kubah lava saat ini (461.000 meter kubik) runtuh, luncuran awan panas tidak melebihi tiga kilometer. Karena itu, BPPTKG meminta masyarakat tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa.

Untuk informasi resmi aktivitas Gunung Merapi, masyarakat dapat mengakses informasi melalui Pos Pengamatan Gunung Merapi terdekat. Selain itu, dapat melalui banyak saluran-saluran resmi lain. "Radio komunikasi pada frekuensi 165.075 MHz, website www.merapi.bgl.esdm.go.id, media sosial BPPTKG, atau ke kantor BPPTKG," ujar Hanik menjelaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement