REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Puluhan komunitas peduli lingkungan melakukan aksi memungut sampah di pusat Kota Tasikmalaya, Sabtu (21/9). Aksi yang digelar memeringati Hari Bersih Sedunia (World Clean Day) itu bertujuan agar masyarkat Tasikmalaya kembali mengingat slogannya sebagai kota resik.
Koordinator World Clean Day Tasikmalaya, Rido mengatakan, aksi yang diikuti ratusan orang itu bukan hanya melibatkan komunitas peduli lingkungan. Melainkan juga kalangan santri dari pondok pesantren, gereja, organisasi masyarakat, serta masyarakat umum lainnya. Menurut dia, menjaga kebersihan bukan hanya tugas masyarakat atau agama tertentu, tapi juga semua orang.
"Kita ingin tunjukkan, kalau semua bersatu, Kota Tasikmalaya bisa kembali resik," kata dia, Sabtu (21/9).
Ratusan orang yang ikut dalam aksi itu memunguti sampah yang berada di Taman Kota, saluran irigasi, jalan-jalan protokol, hingga Lapangan Dadaha. Puluhan karung sampah berhasil dikumpulkan dalam aksi itu.
Ia menilai, selama ini penanganan sampah oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya belum terlalu maksimal. Hal itu, lanjut dia, tercermin dari masih banyaknya sampah yang tercecer di pinggir jalan. Tak hanya itu, ia mencontohkan, sungai-sungai di Kota Tasikmalaya ketika musim kemarau juga hampir selalu penuh dengan sampah.
Menurut dia, selain karena penanganan belum maksimal, kesadaran masyarakat untuk memilah, bahkan tidak membuang sampah sembarangan, juga belum tumbuh. Karena itu, sebelum melakukan aksi bersih-bersih, komunitasnya sempat membuat program wisata ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ciangir, untuk menyadarkan masyarakat, bahwa sampah di Kota Tasikmalaya sudah sedemikian mengkhawatirkan.
Ia mengakui, sudah banyak bank sampah yang dimiliki masyarakat, tapi tak semuanya bekerja dengan baik. Pemerintah, lanjut dia, juga belum maksimal dalam mengelolanya.
Melalui aksi ini, Rido mengatakan, pihaknya ingin memberikan perspektif bahwa penanganan sampah harus dilakukan bersama-sama. "Target kita ingin ajak pemerintah kolaborasi. Karena di sini banyak yang peduli tasik menjadi resik. Kalau kita kolaborasi, penanganan akan lebih maksimal," kata dia.
Ihwal kebijakan, Rido mengatakan, Kota Tasik juga belum memiliki aturan tegas dalam memberi sanksi pada masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan. Padahal, jika ada aturan tegas, masyarakat juga akan berpikir ulang untuk membuat sampah sembarangan.
Ia mencontohkan, di Malang terdapat sanksi sosial untuk masyarakat yang tak mau memilah sampah rumah tangganya. "Warga yang tidak mau memilah sampah, dia tak akan mendapat cap stampel RW. Itu sanksi sosial yang sangat efektif," kata dia.
Ia berharap, Pemkot Tasikmalaya juga segera membuat aturan yang tegas dalam penanganan sampah. Dengan begitu, penanganan sampah di Tasikmalaya dapat lebih baik.
Wali Kota Tasikmalaya Budi Budiman mengakui, permasalahan sampah merupakan kisah lama di wilayahnya. Penanganan juga diakui belum maksimal. Ia beralasan, masalah tenaga dan armada pengangkut sampah masih sangat terbatas.
Ia menyebutkan, baru sekitar 46 persen sampah dari total keseluruhan yang terserap armada pengangkut. Padalah, hal itu tak perlu terjadi jika masyarakat peduli, setidaknya untuk memilah sampahnya sendiri.
"Kalau gerakan masyarakat seperti ini, 50 komunitas, pesantren, ormas, turun langsung, Tasik pasti akan bersih. Ini harus ditindaklanjuti menjadi gerakan yang rutin. Bukan hanya hari ini," kata dia.
Ia mengungkapkan, Pemkot Tasikmalaya sebenarnya sudah memiliki program serupa, yaitu Jumat Bersih. Namun, program itu belum berjalan maksimal.
Budi menambahkan, bank sampah juga sudah banyak diinisiasi masyarakat, ada sekitar 60 bank sampah di Kota Tasikmalaya. Namun, bank sampah banyak yang belum berjalan efektif.
"Kita ingin masifkan lagi agar masyarakat lebih sadar. Karena kita ingin Tasik kembali resik. Saya yakin akan bisa, yang penting ada rasa memiliki untuk kita semua," kata dia.