REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjadi pembicara dadakan terkadang menjadi sebuah masalah bagi mereka yang belum memahami berbicara di depan publik. Rasa gugup dan tegang adalah hal-hal yang muncul ketika tiba-tiba 'ditodong' untuk berbicara sepatah dua patah kata dalam sebuah forum karena tak mengetahui harus berbicara apa.
Hal itu ternyata dialami oleh banyak peserta yang mengikuti acara One Day be Smart yang diselenggarakan Republika di gedung Republika Jalan Warung Buncit Nomor 37, Jakarta Selatan, Kamis (19/9) lalu. Salah satu pembicara, HD Iriyanto, lalu memberikan sejumlah saran agar tetap menjadi pembicara di depan publik yang tenang namun menghanyutkan.
Usai memutarkan sebuah video, Iriyanto menjelaskan dalam berbicara kepada publik untuk menarik perhatian para audiens adalah dengan memilih kata yang baik dan tepat. “Memilih kata-kata itu sangat penting. Biasakan untuk memakai kalimat positif ketika menyampaikan pidato, ceramah, sosialisasi, dalam waktu yang singkat,” ungkap Iriyanto dalam sesinya saat itu.
Hal yang banyak terjadi adalah saat ini banyak orang yang selalu memberikan pernyataan pemakluman karena mereka telah ditunjuk untuk menyampaikan kata sambutan. Orang-orang gemar memberitahukan bahwa mereka tidak tahu mau berbicara apa dalam waktu yang sangat singkat.
Oleh sebab itu, bagi para pembicara, tak seeloknya untuk mengatakan demikian. Pembicara harus memilih kata-kata yang lebih baik dan enak didengar oleh para audiens. Pemilihan kata yang tepat dengan kalimat positif, akan lebih bisa diterima dari pada kalimat negatif.
"Jadi, lebih baik mengatakan ‘pada waktu yang berharga ini, saya akan sampaikan..’ daripada ‘dalam waktu yang sangat singkat ini’," ucap Iriyanto.
Cara selanjutnya adalah, para pembicara bisa memilih kata kunci yang akan disampaikan kepada audiens. Menurut Iriyanto, para pembicara bisa menggunakan akronim untuk menyampaikan gagasan atau informasi
Misalnya, kata kunci akronim ‘SUKSES’ dalam UNBK. Dimana S adalah Siap sejak dini, U adalah usaha dan doa selalu beriringan, K adalah keyakinan diri terus ditumbuhkan, S adalah Sehat jiwa dan raga, E adalah Energi positif sepanjang waktu, dan S adalah Sabar dan Syukur dalam kondisi apa pun.
Lalu, para pembicara bisa memilih kata yang memiliki penekanan khusus. Dan para pembicara bisa menggunakan struktur past, now, dan how.
“Struktur itu menceritakan keadaan di masa lalu, misalnya ‘dulu saya..’ Dan perbandingannya saat ini yaitu now, dan bagaimana meraihnya yaitu how,” kata dia. Cara berikutnya adalah para pembicara bisa melakukan penyusunan struktur poin-poin penting berupa alasan terlebih dahulu, contohnya, dan poinnya.