Jumat 20 Sep 2019 10:36 WIB

Republika Bedah Cara Bicara Singkat Tapi Memikat

Kemampuan public speaking penting di era kebebasan berpendapat saat ini.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Gita Amanda
Sejumlah peserta mengikuti pelatihan 'Teknik Bicara Singkat Tapi Memikat' di Kantor Republika, Jakarta, Kamis (19/9). Kegiatan yang di ikuti oleh puluhan peserta ini bertujuan untuk mengoptimalkan berbicara di depan publik.
Foto: Republika/Prayogi
Sejumlah peserta mengikuti pelatihan 'Teknik Bicara Singkat Tapi Memikat' di Kantor Republika, Jakarta, Kamis (19/9). Kegiatan yang di ikuti oleh puluhan peserta ini bertujuan untuk mengoptimalkan berbicara di depan publik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemampuan berbicara di depan publik atau public speaking menjadi kemampuan yang penting di era kebebasan berpendapat saat ini. Oleh sebab itu, Republika pun memberikan sebuah pelatihan yang bermanfaat dalam tajuk One Day be Smart yang diadakan di Gedung Republika Jalan Warung Buncit Nomor 37, Jakarta Selatan, Kamis (19/9) lalu.

Salah satu pembicara, Erik Hadi Saputra yang merupakan Kepala Kehumasan Amikom Yogyakarta, membedah cara-cara dan tip meningkatkan kemampuan berbicara di depan publik. Salah satu caranya adalah dengan cara menembus faktor kritis pikiran bawah sadar audiens.

Baca Juga

“Yang pertama adalah melakukan repetisi atau pengulangan. Sebagai pembicara yang ada di depan publik, jangan segan untuk mengulangi informasi yang disampaikan,” jelas Erik saat memaparkan presentasinya kepada sebanyak 34 peserta yang hadir.

Pengulangan itu, dimaksudkan agar para audiens menyadari akan informasi yang disampaikan oleh pembicara. Pengulangan atau repetisi itu hendaknya juga dilakukan dengan senang hati sambil menikmatinya. Sebab, bila tidak, maka pembicara akan merasa cepat lelah karena ingin cepat selesai.

photo
Sejumlah peserta mengikuti pelatihan 'Teknik Bicara Singkat Tapi Memikat' di Kantor Republika, Jakarta, Kamis (19/9). Kegiatan yang di ikuti oleh puluhan peserta ini bertujuan untuk mengoptimalkan berbicara di depan publik.

Cara yang kedua adalah dengan mengidentifikasi kelompok. “Penting bagi pembicara, hadir lebih cepat sebelum acara sebelum audiens datang. Pelajari suasana ruangannya, ada berapa peserta yang hadir, dan bagaimana letak kursi bahkan pintu masuk,” jelas dia.

Sebab, dengan mempelajari situasi dan kondisi dari acara yang akan berlangsung, maka pembicara bisa mempersiapkan diri. Erik juga menyarankan untuk mendekati dan mengajak berbincang audiens yang telah datang, khususnya yang lebih tua.

Alasannya, biasanya orang yang lebih tua dalam sebuah forum adalah orang yang disegani oleh orang-orang yang ada di sana. Artinya, ada manfaat khusus yang bisa didapatkan oleh pembicara nantinya, setelah kenal dengan orang yang disegani di sana.

Selanjutnya, Erik menjelaskan, informasi sebenarnya akan lebih bisa didengar ketika pembicara memiliki otoritas. Lalu, cara berikutnya adalah pembicara bisa memainkan emosi audiens.

“Cara itu bisa melalui pengadaan makanan atau minuman kepada audiens. Setelah kita identifikasi audiensnya, misalnya, kita tahu audiens kita adalah orang-orang yang memang usianya tidak muda lagi. Dengan begitu, kita bisa memainkan emosinya dengan menyuguhi mereka minuman panas seperti teh panas karena orang tua suka teh panas,” jelas dia.

Cara lain, lanjut dia, bisa melakukan doorpize di awal acara untuk meningkatkan emosi para audiens. Dengan menangkap emosi para audiens, maka nantinya para audiens bisa lebih menikmati masa pemaparan yang disuguhi oleh pembicara.

 

Cara terakhir adalah dengan relaksasi mental. Artinya, pembicara disarankan untuk meberikan beberapa jeda waktu, hiburan berupa kuis, atau menontonn video agar para audiens bisa lebih nyaman. “Sebab ketika audiens merasa nyaman, maka waktu akan terasa berjalan lebih cepat,” ungkap Erik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement