Jumat 20 Sep 2019 00:02 WIB

Indonesia Harus Manfaatkan Kecerdasan Buatan untuk Keamanan

Negara perlu menguasai dan mengembangkan teknologi hadapi serangan siber.

Rep: Antara/ Red: Indira Rezkisari
Keamanan siber
Keamanan siber

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mendorong pengembangan dan pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan untuk penguatan keamanan siber di Indonesia dan wilayah ASEAN. "Dengan ancaman siber yang sudah semakin berkembang saat ini, maka perlu untuk selalu memperbarui teknologi dan pendekatan-pendekatan baru untuk keamanan siber khususnya teknologi pada kecerdasan buatan," kata Hammam dalam ASEAN Chief Information Security Officer (CISO) Forum 2019 dengan tema "The Art of Cyber Security: Towards a Safer ASEAN 2025" di Auditorium BJ Habibie di Gedung BPPT, Jakarta, Kamis (19/9).

Hammam juga mendorong penguasaan dan pengembangan teknologi yang semakin baik dalam menghadapi serangan siber seperti malware dan trojan serta penguasaan digital forensik. "Ini semua adalah bagian dari pada kita memberdayakan kolaborasi di tingkat ASEAN secara regional dalam kita menyukseskan 'cyber security' (keamanan siber)," ujar Hammam.

Baca Juga

Menurut Hammam, ASEAN Chief Information Security Officer Forum akan menjadi jembatan di antara negara-negara ASEAN untuk membangun kekuatan secara regional di bidang keamanan siber.

Konselor dari ASEAN Chief Information Officer Association Sri Safitri mengemukakan tujuan dari ASEAN CISO Forum adalah membuka mata para chief information officer dan chief security officer. Ancaman siber bisa terjadi kapan saja, bukan hanya bagi pemerintahan tapi juga bagi perbankan, industri kesehatan dan sebagainya.

"Dengan kita membangun 'awareness' (kesadaran) dan membuka mata bagi para CISO kita harapkan kemudian mereka paham untuk mengantisipasinya," ujarnya.

Menurut Sri, komunikasi antar negara di kawasan ASEAN perlu dibangun. Tujuannya untuk penguatan keamanan siber regional. Kemudian, perlu adanya komitmen mengembangkan sumber daya manusia bidang keamanan siber.

"Kita harapkan kita bisa saling meningkatkan kolaborasi di ASEAN, sehingga visi 'safer ASEAN', ASEAN yang lebih aman di 2025 itu bisa segera kita wujudkan," tambahnya.

Sri mengatakan saat ini di Indonesia sendiri, masih sedikit orang yang memiliki sertifikasi CISO dan tidak banyak orang yang bertanggung jawab pada keamanan perusahaan entah karena sumber daya manusia yang kurang atau kepedulian perusahaan terhadap keamanan siber yang masih sedikit.

"Melalui kegiatan ASEAN CISO ini kita harapkan peningkatan kepedulian bagi korporasi di Indonesia akan keamanan siber sehingga terciptalah 'market' (pasar) akan kebutuhan keamanan siber. Dengan market yang terbentuk, diharapkan orang-orang, anak muda sekarang mau belajar dan meningkatkan kapabilitas kemudian mau membentuk startup sehingga tercipta namanya keamanan siber untuk Indonesia," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement