REPUBLIKA.CO.ID, PADALARANG -- Sebagian warga RT 01, RW 01, Kampung Sudimampir, Desa Padalarang, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat terpaksa menggunakan air sumur bor yang terdapat gumpalan-gumpalan kuning di dalamnya dan berminyak. Agar tidak mengendap dan bisa digunakan, warga menggunakan penyaring air.
Salah seorang warga setempat, Mamen mengaku sumur bor yang dibangun swadaya oleh masyarakat pada 2018 lalu memiliki kualitas air yang relatif bagus dan bisa dikonsumsi untuk minum. Namun, semenjak Maret 2019, terdapat butiran-butiran kuning di dalam air dan menggumpal.
"Gumpalan kuning di dalam air sering mengendap di paralon jadi harus dibersihkan. Terus harus disaring dulu baru bisa dipakai nyuci. Kalau tidak disaring kuning dan kena baju rusak," ujarnya, Kamis (19/9) saat ditemui di rumahnya.
Menurutnya, di gentong tempat penampungan air pun terdapat endapan dari gumpalan berwarna kuning. Dia mengaku tidak mengetahui darimana gumpalan tersebut berasal. "Tidak tahu dari limbah, atau dari pabrik tapi keluar dari sumur bor kondisinya begitu," ungkapnya.
Dia mengungkapkan sumur bor swadaya digunakan kurang lebih oleh 30an warga di RT tersebut. Namun kini jumlahnya berkurang sebab gumpalan di dalam air tersebut seringkali menghambat jalannya air. Ia pun mengatakan bersebelahan dengan permukiman terdapat sebuah pabrik.
"Untuk minum beli galon, nyuci dan mandi (memakai air sumur bor) harus disaring. Dipakai mandi kalau terpaksa tidak air. Yang punya sumur pribadi pada kering," katanya.
Salah seorang warga lainnya, Bu Hendra mengaku air dari sumur bor berminyak dan terdapat gumpalan kuning. Namun, katanya jika diberikan sitrun kondisi air jadi bening. Menurutnya, kondisi tersebut sudah berlangsung sejak enam bulan terakhir.
"Dulu mah sebelum ada pabrik nggak ada gumpalan kuning di air. Baru pas ada pabrik jadi ada. Dulu awalnya mah bagus," ujarnya.
Dia mengungkapkan jika air sumur bor diendapkan maka gumpalan tersebut mengendap seperti air gulai sehingga tidak bisa dipakai. Ia mengaku menggunakan air tersebut sebab air di sumur miliknya sedang kering.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Bandung Barat, Apung Hadiat Purwoko mengaku pihaknya sudah mendatangi lokasi sumur bor dan di beberapa titik lainnya untuk mengambil air sampel. Selanjutnya air tersebut akan diuji di laboratorium apakah air tersebut terkena dampak negatif dari adanya pabrik.
"Sekitar dua minggu lagi hasilnya baru keluar. Apakah tercemar disebabkan limbah B3. Kalau iya berarti kami imbau perusahaan mengambil limbahnya dan memulihkannya," katanya.