Rabu 18 Sep 2019 18:01 WIB

KPAI Usulkan Belajar Online di Wilayah Karhutla

Wali kelas dan siswa dapat membentuk grup Whatsapp per kelas

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Andi Nur Aminah
Beberapa pelajar SMP 15 Kota Jambi berjalan pulang menembus kabut asap dari sekolah di Jalan Lingkar Timur, Jambi, Selasa (29/9).
Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Beberapa pelajar SMP 15 Kota Jambi berjalan pulang menembus kabut asap dari sekolah di Jalan Lingkar Timur, Jambi, Selasa (29/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendorong pihak sekolah terutama di daerah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) untuk menyiapkan strategi pembelajaran untuk mengatasi asap. KPAI mengusulkan adanya stretegi pembelajaran berbasis online atau menggunakan aplikasi internet.

"Agar seluruh peserta didik di wilayah bencana asap tetap dapat mengikuti pembelajaran tanpa harus keluar rumah atau dengan belajar di rumah," kata Komisioner KPAI bidang Sosial dan Anak Dalam Situasi Darurat, Susianah dalam keterangannya, Rabu (18/9).

Baca Juga

Ia menyontohkan, yang paling sederhana adalah wali kelas dan siswa dapat membentuk grup per kelas. Tugas-tugas dari para guru bidang studi dapat dikirimkan melalui grup Whatsapp.  "Bagi yang tidak paham tugas tersebut, dapat berdiskusi dengan gurunya langsung," kata Susianah.

Tugas-tugas tersebut, lanjut dia, dapat dikumpulkan saat masuk sekolah kembali. Tugas juga bisa dikirim melalui email guru, sehingga para guru juga bisa tetap bekerja di rumahnya mengkoreksi tugas para siswanya.

Selain itu, Susianah juga mendorong agar para orang tua memberikan pendampingan kepada anaknya terkait pembelajaran online. Para orangtua juga wajib  mendampingi, membimbing dan mengawasi anak-anaknya selama anak belajar di rumah.

Sementara itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memiliki teknologi kelas bebas asap. Namun, Mendikbud Muhadjir Effendy saat ini masih belum akan menerapkan teknologi tersebut.

Ia menuturkan, teknologi tersebut sudah ada sejak 2015 lalu hasil kerja sama Kemendikbud dengan Institut Teknologi Bandung (ITB). Pembangunan ruang kelas dengan teknologi tersebut juga tidak membutuhkan waktu lama. "Kita akan segera rapatkan. Kita lihat kondisinya, lalu melihat kemungkinan untuk membangun kelas bebas asap," kata Muhadjir.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement