REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendorong pihak sekolah terutama di daerah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) untuk menyiapkan strategi pembelajaran untuk mengatasi asap. KPAI mengusulkan adanya stretegi pembelajaran berbasis online atau menggunakan aplikasi internet.
"Agar seluruh peserta didik di wilayah bencana asap tetap dapat mengikuti pembelajaran tanpa harus keluar rumah atau dengan belajar di rumah," kata Komisioner KPAI bidang Sosial dan Anak Dalam Situasi Darurat, Susianah dalam keterangannya, Rabu (18/9).
Ia menyontohkan, yang paling sederhana adalah wali kelas dan siswa dapat membentuk grup per kelas. Tugas-tugas dari para guru bidang studi dapat dikirimkan melalui grup Whatsapp. "Bagi yang tidak paham tugas tersebut, dapat berdiskusi dengan gurunya langsung," kata Susianah.
Tugas-tugas tersebut, lanjut dia, dapat dikumpulkan saat masuk sekolah kembali. Tugas juga bisa dikirim melalui email guru, sehingga para guru juga bisa tetap bekerja di rumahnya mengkoreksi tugas para siswanya.
Selain itu, Susianah juga mendorong agar para orang tua memberikan pendampingan kepada anaknya terkait pembelajaran online. Para orangtua juga wajib mendampingi, membimbing dan mengawasi anak-anaknya selama anak belajar di rumah.
Sementara itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memiliki teknologi kelas bebas asap. Namun, Mendikbud Muhadjir Effendy saat ini masih belum akan menerapkan teknologi tersebut.
Ia menuturkan, teknologi tersebut sudah ada sejak 2015 lalu hasil kerja sama Kemendikbud dengan Institut Teknologi Bandung (ITB). Pembangunan ruang kelas dengan teknologi tersebut juga tidak membutuhkan waktu lama. "Kita akan segera rapatkan. Kita lihat kondisinya, lalu melihat kemungkinan untuk membangun kelas bebas asap," kata Muhadjir.