Rabu 18 Sep 2019 10:28 WIB

Kemenkes Sarankan Kurangi Dampak Asap dengan Dakron Basah

Udara lebih baik di dalam ruangan yang terpasang kain dakron.

Petugas Dinas Kesehatan melakukan pengasapan (fogging) di Mamuju, Sulawesi Barat, Selasa (17/9/2019).
Foto: Antara/Akbar Tado
Petugas Dinas Kesehatan melakukan pengasapan (fogging) di Mamuju, Sulawesi Barat, Selasa (17/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyarankan agar pengurangan dampak asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di dalam ruangan bisa dengan menggunakan kain dakron yang dibasahi.

Berdasarkan siaran pers Kementerian Kesehatan yang diterima di Jakarta, Rabu (18/9), Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Pusat Krisi Kesehatan Kemenkes Ahmad Yurianto mengatakan dua tahun lalu Kemenkes bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung membangun save community pada masyarakat salah satunya menciptakan teknologi tepat guna sederhana berupa pemasangan kain dakron yang dibasahi.

Baca Juga

Setelah diuji coba di beberapa sekolah dan dilakukan pengukuran ISPU di dalam dan di luar kelas, ternyata udara lebih baik di dalam kelas karena terpasang kain dakron. Ahmad Yurianto yang juga akrab disapa Yuri menambahkan, pengalaman masalah karhutla pada 2015 telah menyebabkan kematian pada anak. Menurut dia, hal itu disebabkan gastroenteritis dan dehidrasi berat karena kurang tersedianya air bersih.

Saat itu sebenarnya episode yang diawali kekeringan dan sulit dapat air bersih sehingga yang muncul gastroenteritis. Terlambat melakukan rujukan karena memang warga takut asap di luar sehingga kematian ada.

"Informasi yang ramai meninggal karena asap padahal bukan," ujarnya.

Selain itu, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Batam empat tahun lalu juga membuat teknologi penjernih air agar bisa langsung minum. Teknologi tersebut dijadikan replika untuk daerah agar bisa mengembangkan sendiri.

Yuri mengatakan teknologi tepat guna lainnya adalah oksigen konsentrator. Tim Pusat Krisis Kesehatan sempat memantau Puskesmas Pulang Pisau, Kalimantan Tengah yang bermasalah karena kabut asap yang begitu pekat.

“Kita datangi, kita beri oksigen konsentrator kemudian Puskesmasnya kita tutup pakai kain dakron. Tim Pusat Krisis Kesehatan akan mengecek lagi ke sana,” ucap Yuri.

Rencananya oksigen konsentrator ini akan digunakan oleh puskesmas apabila hasil yang didapatkan bisa lebih baik. Menteri Kesehatan Nila Moeloek menambahkan saat musim kemarau yang utama adalah air bersih. Ia mengatakan Poltekkes sempat menciptakan teknologi tepat guna berupa penjernih air dan berhasil menjernihkan air gambut di Kalimantan.

"Kalau sudah musim kemarau yang utama itu air. Poltekkes sudah bisa menjernihkan air gambut, kecil alatnya," katanya.

Nila mengatakan teknologi tepat guna ini bisa dijadikan contoh untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan akibat karhutla. “Ini bisa kita manfaatkan sebaik-baiknya. Bisa kita gunakan untuk masyarakat. Jangan sampai kita telat lagi dalam pencegahan,” ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement