Selasa 17 Sep 2019 15:29 WIB

Curah Hujan di Kalbar Terpantau Masih Rendah

Curah hujan rendah membuat masyarakat Kalbar harus waspadai titik panas.

Rep: Antara/ Red: Indira Rezkisari
Sejumlah pengendara melintasi jalan yang diselimuti kabut asap di Pontianak, Kalimantan Barat, Senin (16/9/2019).
Foto: Antara/Jessica Helena Wuysang
Sejumlah pengendara melintasi jalan yang diselimuti kabut asap di Pontianak, Kalimantan Barat, Senin (16/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Kasi Observasi dan Informasi Stasiun Klimatologi BMKG Mempawah, Kalimantan Barat, Ismaharto mengatakan berdasarkan pemantauan hari tanpa hujan di Kalimantan Barat secara umum berada dalam kategori pendek. Yakni 6–10 hari hingga menengah 11–20 hari.

"Di Kalimantan, hari tanpa hujan terpanjang terjadi di wilayah Bonti, Kabupaten Sanggau sepanjang 44 hari," ujarnya di Mempawah, Selasa (17/9).

Saat ini, kualitas udara PM10 maksimum sebesar 217.86 µg/m3 dengan kategori tidak sehat. Kondisi tersebut terjadi sejak 7 September 2019 pukul 10.00 WIB.

Ismaharto Adi menyebut, kondisi indeks Nino 3.4 terpantau sebesar (-0.09) berada pada fase netral. "Indeks Dipole Mode terpantau sebesar +0.98 berada pada kondisi Dipole Mode Positif. Suhu permukaan laut di sekitar wilayah Kalimantan Barat secara umum menunjukkan nilai anomali berkisar antara -0.8 hingga 0.0," katanya.

Secara umum, curah hujan di wilayah Kalimantan Barat pada dasarian II tanggal 11-20 September 2019 diprakirakan berkisar antara 10-90 mm/dasarian, di mana curah hujan Kalimantan Barat wilayah hulu diprakirakan yang lebih tinggi dibanding curah hujan di wilayah pesisir.

"Terdapat potensi hujan pada awal dan akhir dasarian II September di sebagian wilayah Kalimantan Barat. Namun, potensi hujan kembali berkurang pada pertengahan dasarian II September," kata Ismaharto Adi.

Ia menambahkan bahwa perlu diwaspadai dampak berkurangnya curah hujan. Terutama di wilayah Kalimantan Barat bagian selatan, masyarakat diimbau selalu waspada serta mengantisipasi potensi munculnya titik panas dan berkurangnya ketersediaan air.

“Masyarakat untuk terus waspada serta mengantisipasi potensi munculnya titik panas dan berkurangnya ketersediaan air,” katanya.

Dalam dua hari terakhir status kualitas udara di sejumlah daerah mulai menurun, bahkan sudah masuk kategori berbahaya. Aktivitas belajar dan mengajar juga sudah diliburkan dan terus diperpanjang.

Kemudian yang paling signifikan akibat dampak kabut asap dirasakan dalam aktivitas penerbangan di Kalbar seperti di Bandara Internasional Supadio Pontianak.

Dalam dua hari terakhir terjadi pembatalan penerbangan, pendaratan ke Kalimantan Barat harus pindah ke bandara terdekat dan bahkan kembali ke bandara asal. Banyak penumpang harus kembali dan tidak bisa kembali atau keluar Kalimantan Barat.

Berdasarkan data, pada Ahad 15 September 2019 terjadi 37 pembatalan penerbangan sejak pukul 08.00 hingga 16.00 WIB. Dan ada 33 pembatalan penerbangan pada Senin, 16 September 2019.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement