REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa, Muhaimin Iskandar, mengatakan bila dalam satu tahun terakhir ini, partai-partai politik utama di Eropa telah memandang Nahdlatul Ulama dan PKB sebagai mitra penting. Menurut mereka baik NU dan PKB, memiliki kemampuan dan otoritas keagamaan yang diperlukan untuk secara efektif mengatasi berbagai ancaman keamanan yang terkait dengan Islam, terorisme, dan migrasi.
"Maka adanya keterlibatan Nahdlatul Ulama dan PKB di Eropa kami rancang untuk mengoperasionalkan Deklarasi Gerakan Pemuda Ansor tentang peta jalan “Islam Untuk Kemanusiaan” (“Al Islam lil Insaniyyah”). Hal ini kami lakukan dengan mendorong munculnya konsensus masyarakat untuk menolak setiap upaya memperalat Islam sebagai senjata politik," kata Muhaimim dalam relesea yang dikirimkan DPP PKB, (15/9). Muhaimin saat itu tengah berada di London.
Menurut Muhaimin, bila di runut jejaknya peran PKB dan NU di Eropa misalnya berawal dari tanggal 27 November 2018. Saat itu PKB bergabung dengan jaringan politik terbesar di dunia, Centrist Democrat International (IDC - CDI), yang gugus afiliasinya di Eropa adalah European People’s Party (Partai Rakyat Eropa).
''Kemudian pada tanggal 10 April 2019, Komite Eksekutif IDC - CDI dengan suara bulat mengadopsi resolusi yang diajukan oleh PKB, yang mendukung agenda “Islam Untuk Kemanusiaan”. Sedangkan misinya untuk mendorong “munculnya peradaban global yang ditegakkan diatas dasar penghargaan terhadap persamaan hak dan martabat bagi setiap manusia,'' katanya.
Selama di Ingggris, Muhaimin menghadiri suatu pertemuan di London dan melakukan pembicaraan tertutup dengan para pembuat kebijakan utama dalam Pemerintahan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson. Pertemuan itu difasilitasi oleh “Bayt Ar Rahmah”, sebuah organisasi dakwah Islam yang didirikan oleh KH A Mustofa Bisri di North Carolina, Amerika Serikat, pada tahun 2014 yang lalu.
"Sungguh membesarkan hati bahwa ada seorang pemimpin Muslim, Yang Mulia Bapak Muhaimin Iskandar, yang mengingatkan kita di sini, di Inggris, tentang ‘Islam Untuk Kemanusiaan’ yang selama ini merupakan wajah Islam yang kita hidupi bersama," kata seorang tokoh Muslim terkemuka yang bekerja dalam pemerintahan Inggris.