Selasa 17 Sep 2019 06:45 WIB

Empat Kepala Daerah Kunjungi Banyuwangi

Anas mengajak mereka berkeliling menyaksikan sejumlah atraksi seni budaya.

Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas (tengah) menerima kunjungan empat bupati yaitu Bupati Tapanuli Selatan Sumatera Selatan, Syahrul M Pasaribu; Bupati Manggarai NTT, Deno Kamelus; Bupati Enrekang Sulawesi Selatan, Muslimin Bando; dan Bupati Konawe Kepulauan Sulawesi Tenggara, Amrullah.
Foto: Pemkab Banyuwangi
Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas (tengah) menerima kunjungan empat bupati yaitu Bupati Tapanuli Selatan Sumatera Selatan, Syahrul M Pasaribu; Bupati Manggarai NTT, Deno Kamelus; Bupati Enrekang Sulawesi Selatan, Muslimin Bando; dan Bupati Konawe Kepulauan Sulawesi Tenggara, Amrullah.

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI -- Kabupaten Banyuwangi kembali menerima tamu empat kepala daerah lintas pulau. Bertemu Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, mereka saling berbagi pengalaman mengembangkan daerahnya. Empat bupati tersebut adalah Bupati Tapanuli Selatan Sumatera Selatan, Syahrul M Pasaribu; Bupati Manggarai NTT, Deno Kamelus; Bupati Enrekang Sulawesi Selatan, Muslimin Bando; dan Bupati Konawe Kepulauan Sulawesi Tenggara, Amrullah.

"Saya sangat gembira dengan hadirnya empat bupati bersama jajarannya di Banyuwangi. Ini kesempatan bagi kami untuk saling tukar ilmu dan program pembangunan untuk pengembangan daerah," kata Anas, Senin (16/9).

Selama di Banyuwangi, Anas mengajak mereka berkeliling menyaksikan sejumlah atraksi seni budaya rangkaian Banyuwangi Festival. Mulai dari Festival Lembah Ijen, Fish Market Festival, hingga tradisi Kebo-keboan Alasmalang.

"Kami sengaja menunjukkan baik peran swasta maupun desa yang sama-sama bergerak memajukan daerah lewat atraksi wisata. Bahwa dalam membangun daerah, pemerintah perlu hadir sebagai pendorong untuk kemudian berkolaborasi bareng dengan masyarakat maupun pihak swasta untuk mengembangkan daerah," kata Anas. 

Anas lalu mencontohkan Festival Lembah Ijen yang digarap oleh founder Jiwa Jawa Resort, Kebo-keboan yang langsung ditangani oleh warga Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh.

Apa yang dilakukan Banyuwangi untuk menarik wisatawan dengan berbagai atraksi seni budaya mendapat apresiasi dari Bupati Tapanuli Selatan, Syahrul Pasaribu. Syahrul mengaku terksan dengan pertunjukan Meras Gandrung dalam Festival Lembah Ijen yang digelar akhir pekan lalu, 14 September lalu.

“Luar biasa bagus. Pertunjukan Meras Gandrung bisa jadi sumber inspirasi bagi kami bagaimana melestarikan budaya lokal dan mengembangkan ekonomi rakyat. Lewat atraksi semacam ini, orang makin kenal dengan kebudayaan lokal setempat," kata Bupati Syahrul.

Dalam kesempatan itu, empat kepala daerah tersebut juga bersama-sama melakukan penandatanganan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding) dengan Bupati Anas terkait kerjasama pengembangan potensi daerah.

Adapun program inovasi yang akan diadopsi antara lain mal pelayanan publik, e-kinerja, e-village budgeting, e-monitoring system, e-audit, e-planning, perbaikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (SAKIP), pengembangan pariwisata, hingga Sistem Informasi Perencanaan, Penganggaran, Pengelolaan Keuangan Daerah Terpadu (Simral). 

Bupati Enrekang, Muslimin Bando mengatakan kunjungannya ke Banyuwagi karena tertarik dengan konsep Mal Pelayanan Publik yang telah didirikan Banyuwangi sejak 2017 lalu. "Kami ingin membuat hal serupa di Enrekang, karena mal semacam ini terbukti sangat memudahkan warga dalam mengakses pelayanan publik," kata Anas.

Selain mal pelayanan publik, Muslimin juga ingin belajar pengembangan pariwisata daerah. “Perkembangan wisata Banyuwangi yang ditunjang dari beragam atraksi seni dan tradisi rakyatnya menjadi media promosi yang ampuh untuk mendatangkan wisatawan ke Banyuwangi. Ini patut dicontoh,” katanya.

Begitu halnya Bupati  Syahrul yang mengatakan ingin tahu cara Banyuwangi mendapatkan nilai SAKIP A. 

“Jauh-jauh ke Banyuwangi, kami ingin belajar banyak tentang tata kelola pemerintahan, utamanya SAKIP. Padahal, lapora keuangan kami sudah dapat opini WTP lima kali, tapi hasil SAKIP-nya belum memuaskan. Jadi kami ini berangkat dari rasa penasaan, bagaimana Banyuwangi dapat opini WTP tujuh kali dan SAKIP-nya juga A. MAkanya kami datang kemari," jelas Syahrul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement