Selasa 17 Sep 2019 00:30 WIB

Lebak Optimistis Jadi Sentra Kopi Nasional

Lebak pada 2019 mengembangkan perkebunan kopi arabika seluas 30 hektare.

Biji kopi. Ilustrasi
Foto: Pixabay
Biji kopi. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Kabupaten Lebak, Banten optimistis dua tahun ke depan menjadi sentra kopi nasional melalui pengembangan budi daya perkebunan rakyat dan penyaluran bantuan benih. Lebak juga menjalin kerja sama dengan pemangku kepentingan yang terkait guna meningkatkan produktivitas kopi.

"Kami bersama pemangku kepentingan dari Pemprov Banten, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta penggiat komunitas kopi mengembangkan perkebunan kopi," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Dede Supriatna di Lebak, Senin (16/9).

Baca Juga

Pemerintah Kabupaten Lebak pada 2019 mengembangkan perkebunan kopi arabika seluas 30 hektare di Kecamatan Muncang dan Sobang. Selama ini, permintaan kopi arabika di pasaran cenderung meningkat dengan harga relatif baik dan menguntungkan petani. Saat ini, harga kopi arabika menembus Rp 18 ribu sampai Rp 20 ribu per kilogram (kg) bentuk berasan atau biji kopi.

"Kami yakin pengembangan kopi dapat mendongkrak pendapatan ekonomi petani dan mampu memutus mata rantai kemiskinan," katanya.

Ia mengatakan, pihaknya bersama Pemprov Banten dan Kementerian Liingkungan Hidup dan Kehutanan menjalin kerja sama untuk pengembangan kopi. Pengembangan kopi tersebut di lahan-lahan perkebunan milik BUMN yang bisa ditanami kopi. Bahkan, Pemprov Banten mengembangkan kopi hingga ratusan hektare di Kabupaten Lebak.

"Kami memastikan tiga tahun ke depan Lebak menjadi sentra kopi nasional," katanya.

Iskandar, seorang penggiat kopi warga Kabupaten Lebak mengatakan Lebak pada zaman kolonial Belanda sebagai penghasil kopi,lada dan karet terbesar di Provinsi Banten. Bahkan, kualitas kopi Lebak masuk kategori terbaik dibandingkan dari Bali, Sumatera, Sulawesi dan Papua.

Pihaknya sebagai pelaku usaha kecil mendapatkan pasokan kopi dari petani Kecamatan Muncang dan Sobang.

Akibat kesulitan bahan baku itu, kata dia, memproduksi usaha kopi kemasan tidak dilakukan setiap hari. "Kami memproduksi kopi tergantung adanya bahan baku itu," katanya.

Sementara itu, Jaro Wahid petani Kecamatan Muncang mengatakan Pemerintah Provinsi Banten mendorong pengembangan perekebunan kopi dengan membantu berupa benih. Potensi pengembangan perkebunan kopi cukup berpeluang menjadi sentra penghasil kopi, termasuk di antaranya di Desa Jagaraksa Kecamatan Muncang.

Saat ini, petani yang mengelola pengembangan perkebunan kopi dikelola oleh lima kelompok. Bahkan, petani sudah tanam benih kopi bantuan Pemprov Banten sekitar 12.300 batang dan di antaranya juga sudah panen. Para petani menjual kopi itu melalui jaringan internet atau secara online ke Bogor, Jawa Barat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement