Ahad 15 Sep 2019 20:05 WIB

Panglima, Kapolri, dan Kepala BNPB Tinjau Pemadaman Karhutla

Kapolri minta Satgas Karhutla bekerja lebih kompak.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Muhammad Hafil
Pantauan dari udara kabut asap di Provinsi Riau hingga Ahad (15/9).
Foto: BNPB
Pantauan dari udara kabut asap di Provinsi Riau hingga Ahad (15/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian serta Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo meninjau pemadaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau, Ahad (15/9).

Panglima TNI, Kapolri, Kepala BNPB menggunakan helikopter TNI AU dari Lanud Pekanbaru untuk menembus Desa Kerumutan, Pelalawan, Riau, salah satu titik lokasi pemadaman.

Baca Juga

"Setelah terbang menggunakan helikopter TNI AU selama 25 menit dari Lanud Pekanbaru, rombongan mendarat di lapangan bola desa Kerumutan, Pelalawan, Riau untuk meninjau karhutla di dekat pompa minyak Pertamina di Blok Eka Kuning," ujar Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo dalam keterangan tertulis yang diterima wartawan, Ahad (15/9) sore.

Agus mengatakan, sepanjang perjalanan rombongan tiba di Blok Eka Kuning, masih ada bekas lahan dan hutan yang terbakar. Bahkan masih teramati adanya asap dari kebakaran tersebut.

Panglima TNI pun kata Agus, segera mengambil komando saat tiba titik lokasi pemadaman dan menggerakkan pasukan dan melakukan analisa serta evaluasi (anev) terkait kendala dan kebutuhan pemadaman yang dilakukan melalui darat.

Agus mengungkapkan, Panglima TNI mendapat laporan bahwa perlu adanya alat berat untuk membuka dan memperluas parit. Selain itu pompa air berikut selangnya juga harus ditambah sehingga dapat menjangkau titik api. 

Sementara, Kapolri Jendetal Tito Karnavian mengaku heran setelah melihat sendiri karhutla yang ada di Provinsi Riau dari helikopter. Ini karena, Tito menilai dari sekian ribu hektar luas lahan yang terbakar tidak satupun yang mencakup lahan perkebunan sawit dan tanaman industri lainnya.

Tito pun menganggap masalah karhutla ini murni karena ulah manusia dan pelakunya adalah oknum yang sama. "Apa yang sudah kami lihat dari helikopter bersama panglima TNI dan Kepala BNPB, lahan yang sudah jadi perkebunan, baik sawit maupun tanaman industri lainnya, kok tidak ada yang terbakar. Misal pun ada paling hanya sedikit dan di pinggir. Ini menunjukkan adanya praktek 'land clearing' dengan mudah dan murah memanfaatkan musim kemarau," kata Tito.

Karenanya, dalam upaya pemberantasan karhutla, Tito akan memberi penghargaan dan hukuman (reward and punishment) bagi anggotanya. Tito meminta agar pasukan satgas karhutla dapat lebih kompak dan menjaga solidaritas sehingga permasalahan  ini bisa diselesaikan dengan baik.

"Polda beserta jajarannya akan kami berikan 'reward and punishment'," kata Tito.

Sementara, Kepala BNPB Doni Monardo juga kembali menekankan upaya pencegahan untuk kedepannya melalui pendekatan kesejahteraan masyarakat dengan pertanian produktif. Selain itu perilaku masyarakat harus diubah sejak dini.

Doni mencontohkan bahwa ada beberapa jenis tanaman produktif yang bisa menjadi alternatif untuk menumbuhkan perekonomian warga seperti; kopi liberica, lidah buaya, cabai dan sebagainya.

"Ini masalah cara pikir manusia. Harus diubah. Mulailah dengan menanam tanaman produktif seperti cabai, kopi liberica, lidah buaya atau bisa juga pisang," kata Doni.

Hingga pagi ini, Ahad (15/9) terdeteksi ada 27 titik api kategori tinggi di Provinsi Riau. Secara umum Kota Pekanbaru masih diselimuti asap tipis hingga tebal dengan jarak pandang mencapai 1 km ada pukul 07.00 WIB dan pada pukul 10.00 WIB.

Jarak pandang berkisar antara 1 hingga 2.2 km dan suhu berkisar hingga 37 derajat celcius. Sedangkan kualitas udara menurut pengukuran PM10 pada pukul 07.00 s/d 10.00 WIB berada pada kisaran 182 sd 201 ugram/m3 atau dalam level tidak sehat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement