Ahad 15 Sep 2019 14:20 WIB

Para Orang Tua Khawatirkan Kondisi Balitanya dari Kabut Asap

Sejumlah orang tua memilih mengungsi ke posko khawatir anaknya terdampak asap.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Yudha Manggala P Putra
Sejumlah kendaraan melintas saat kabut asap kebakaran hutan dan lahan menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (10/9).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah kendaraan melintas saat kabut asap kebakaran hutan dan lahan menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (10/9).

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Para orang tua di Pekanbaru yang memiliki balita dan anak-anak meresahkan kondisi udara yang semakin memburuk. Khairul (37) warga Kabupaten Kampar mengatakan risau dengan kondisi tiga orang anaknya yang terpapar kabut asap selama sebulan terakhir.

Satu dari buah hati Khairul bernama Yunma masih berusia dua bulan. "Kasian ini Yunma kalau di rumah susah tidur. Mungkin karena pernafasannya terganggu. Setiap malam nangis," kata Khairul kepada Republika di Posko Pengungsian dan Kesehatan di Kantor DPW PKS Riau di Jalan Seokarno Hatta, Kecamatan Marpoyan Damai, Pekanbaru, Ahad (15/9).

Anak sulung dan anak kedua Khairul yang duduk di kelas 4 SD dan kelas 2 SD juga sempat mengalami sesak napas begitu pulang dari sekolah beberapa hari lalu. Saat itu, sekolah belum diliburkan. Mereka mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di luar ruangan. Sepulang dari sekolah, keduanya mengalami sesak napas.

Khairul sudah memboyong istri dan ketiga anaknya ke posko karena di rumah mereka di Kampar tidak aman lagi buat anak-anak. Bahkan di dalam ruangan rumah pun, anak-anak Khairul setiap hari batuk-batuk.

Setelah mendapat informasi mengenai ada posko pengungsian, Khairul berangkat ke Pekanbaru. Setibanya di posko, ia memeriksakan kondisi kesehatan putra putrinya ke tim dokter. Setelah itu, mereka memilih menetap sementara di posko. Di posko terdapat tempat beristirahat buat anak-anak dan buat orang dewasa.

"Kalau di posko terasa nyaman karena ruangan ber-AC buat anak-anak bermain. Kalau di rumah ya saya merasa tidak aman. Berbahaya buat anak-anak," ujar Khairul.

Khairul menyebut sementara ia akan menitipkan istri dan putra putrinya di posko. Seorang karyawan swasta di Pekanbaru ini masih harus bekerja setiap hari untuk mencari nafkah.

Cerita yang sama juga diungkapkan pasangan suami istri Mimi (35) dan Joko (35). Pasutri ini berasal dari Bukit Raya Pekanbaru. Mimi dan Joko memiliki empat orang anak. Paling besar baru kelas satu SD, satu di antaranya masih bayi.

Saat masih tinggal di rumahnya di Bukit Raya, keempat anak Mimi dan Joko serentak sakit. Anak-anak mereka ini mengeluhkan batuk-batuk. Pasangan muda ini mencari akal untuk mengeluarkan anak-anaknya dari kondisi ini.

"Saya lihat di sosial media ada posko pengungsian. Saya bilang ke suami agar kita semua ke sana," ucap Mimi.

Setiba di posko pada Jumat (13/9) malam WIB. Keempat buah hati Mimi dan Joko diberi perawatan oleh tim medis di posko. Sekarang Mimi dan Joko merasa lega karena anak-anaknya sudah kembali sehat. Bayinya bernama Dhuha tidak lagi gelisah karena berada di ruangan ber-AC. Tiga orang kakak-kakak Dhuha juga bebas bermain di posko karena semua ruangan terjaga dari serangan kabut asap.

Selama di posko, Joko dan Mimi juga tidak perlu menkhawatirkan makanan dan obat-obatan buat putra putrinya bila pernafasannya kambuh. Tim dokter di posko selalu memeriksa kesehatan pengungsi terutama anak-anak dan balita yang terpapar asap.

Ario (35) warga Marpoyan Damai Pekanbaru juga resah dengan dua orang anaknya sejak bencana kabut asap. Ario yang sehari-hari bekerja sebagai pedagang tidak mengizinkan dua anaknya ke luar rumah.

Ario berencana akan memboyong istri dan kedua anaknya pulang kampung ke Batusangkar, Sumatera Barat. Ario merasa Pekanbaru sudah tidak aman buat anak-anak terlebih balita. Walau setiap hari berada di dalam rumah, tetap saja kondisi udara membuat anak-anaknya batuk dan resah tidak nyaman.

"Saya akan pulang saja ke kampung halaman. Kasian anak-anak kalau masih tetap di Pekanbaru," ujar Ario.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement