Sabtu 14 Sep 2019 16:40 WIB

BMKG Intensifkan Hujan Buatan untuk Atasi Dampak Karhutla

BMKG memprediksi puncak musim kemarau 2019 terjadi pada Agustus

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Esthi Maharani
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati
Foto: Republika/Alkhaledi Kurnialam
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengatakan pihaknya akan mengintensifkan hujan buatan untuk mengatasi musim kemarau yang berlangsung lebih lama pada tahun ini. Selain itu, hujan buatan juga diadakan untuk mengurai polutan akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Dwikorita mengungkapkan, BMKG memprediksi puncak musim kemarau 2019 terjadi pada Agustus. Akan tetapi, dampak musim kemarau akan terasa hingga akhir September bahkan awal Oktober. 

"Musim kemarau berkepanjangan ini menyebabkan sejumlah permasalahan, salah satunya kekeringan dan karhutla.  Karena itu pemerintah mengatasinya dengan membuat hujan buatan, " ujar Dwikorita di Graha BNPB, Sabtu (14/9).

Hujan buatan pun diadakan untuk mengantisipasi dampak karhutla. Dwikorita mengungkapkan saat ini kandungan polutan di Riau, khususnya di Kota Pekanbaru sudah melebihi ambang batas garis merah. 

"Kami melihat di Pekanbaru sejak 9 September lalu sudah mulai ambang batas garis merah.  Kemudian melonjak lagi hingga 300 mikron. Inilah alasan hujan buatan harus segera dibuat," tegas Dwikorita.

Namun, pihaknya mengaku kesulitan melakukan hujan buatan. Sebab, sejak Juli hingga hari ini langit di Indonesia hampir selalu dan bersih hampir tidak ada awan.

"Sehingga upaya yang dilakukan sejak Juli untuk membuat hujan buatan itu tidak mudah, karena untuk berhasil bibit-bibit awan yang akan disemai itu hampir tidak ada,” lanjut Dwi. 

Akan tetapi, Dwi mengatakan sejak Jumat (13/9) pukul 22.00 WIB, BMKG mulai mendeteksi awan hujan di beberapa daerah di Indonesia mulai. Awan mulai terlihat di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kalimantan Utara, Papua Barat, dan Papua.

Sehingga, BMKG pun meminta bantuan dari BNPB untuk segera menerjunkan personelnya dan bersiap menciptakan hujan buatan dengan menembakkan garam ke awan hujan. "Setiap menit kita pantau kapan awan muncul, kami minta Pak Doni (Doni Monardo Kepala BNPB) untuk segera bertindak di lapangan menembak awan itu dengan garam supaya menyemaikan untuk awan hujan,” tambah Dwikorita.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement