Sabtu 14 Sep 2019 02:34 WIB

Warga Pekanbaru Keluhkan Mata Perih karena Kabut Asap

Memakai masker jadi suatu keharusan di Kota Pekanbaru saat ini.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Andi Nur Aminah
Seorang penjual koran mengenakan masker medis saat berjualan di tengah asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang makin pekat menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Jumat (13/9/2019).
Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Seorang penjual koran mengenakan masker medis saat berjualan di tengah asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang makin pekat menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Jumat (13/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Satu pekan terakhir warga Kota Pekanbaru, Riau diresahkan dengan bencana kabut asap. Terlebih selama empat hari belakangan sudah banyak sekolah-sekolah dan kampus meliburkan pelajar untuk meminimalisir jatuhnya korban karena kabut asap dapat menimbulkan penyakit pernafasan.

Ronal (25) seorang sopir di Kota Pekanbaru mengatakan jarak pandang yang kian pendek setiap hari telah mengganggu aktivitasnya mencari nafkah. Ronal adalah sopir yang mengantarkan penumpang bus Pelita Transport yang baru sampai dari luar kota menuju alamat masing-masing.

Kepada Republika.co.id, Sabtu (14/9) dini hari WIB, Ronal mengaku harus ektra hati-hati mengemudi mobil minibus yang ia kendarai setiap hari. Penyebanya karena jarak pandang yang berkurang di Pekanbaru. Walau semua kaca mobilnya sudah ditutup, Ronal tidak mau membuka masker.

photo
Seorang ibu dan anaknya mengenakan masker medis saat asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (10/9/2019

Ia tetap menggunakan pelindung indera penciumannya itu karena merasa air condiotioner (AC) mobilnya tak mampu menetralisir udara luar yang diolah masuk ke dalam interior mobil. "Saya merasa udara tetap tidak sedap walau di dalam mobil. Kan udara yang disirkulasikan oleh AC dari luar. AC nya tak mampu menetralisir aroma kabut asap," kata Ronal.

Ronal menyebut ketika sedang tidak berkendara dan berada di luar ruangan memakai masker pun kata dia tidak cukup. Karena matanya terasa perih kalau sudah agak lama di luar ruangan. Karena debu polutan yang dibawa kabut asap bisa masuk ke mata.

"Agak lama sedikit saja di luar ruangan, mata ini perih. Enggak cuma hidung saja yang harus kami lindungi," ujar Ronal.

Pantauan Republika.co.id sejak menginjakkan kaki di Kota Pekanbaru Jumat (13/9) malam WIB, memang kabut asap terlihat pekat. Walau sudah tengah malam keberadaan kabut asap dapat terlihat di setiap cahaya lampu jalan. Jadinya masing-masing lampu jalan seakan dilingkari tirai halus.

photo
Sejumlah pengendara melintasi Jembatan Siak saat asap pekat menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Senin (7/9).

Ketika sudah keluar dari mobil, aroma udara memang tidak sedap dan terasa tidak bersih. Memakai masker jadi suatu keharusan di Kota Pekanbaru saat ini supaya tidak terpapar penyakit pernafasan.

Ronal bekerja di perusahaan Pelita Transport mengatakan sepekan belakangan ada banyak pelajar terutama mahasiswa yang memilih pulang kampung. Karena perkuliahan diliburkan, para mahasiswa merasa lebih aman pulang kampung supaya masih bisa beraktivitas di luar ruangan.

"Mahasiswa banyak yang pulang. Orang-orang pun banyak membawa keluarga mereka berlibur seperti ke Bukittinggi untuk mencari udara yang lebih bersih," kata Ronal menambahkan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement