REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendeteksi adanya titik panas di sejumlah daerah di Indonesia dan Malaysia. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan, hotspot masih terdeteksi khususnya di Sumatra dan Kalimantan.
"BMKG meminta masyarakat untuk terus mewaspadai sebaran asap akibat dari kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di wilayah Indonesia," kata Dwikorita Karnawati dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat (13/9).
Berdasarkan hasil pemantauan citra Satelit Himawari-8 dan analisis Geohotspot BMKG, akumulasi jumlah titik panas pada Kamis (12/9) di Sumatra terpantau 1.231 titik. Sementara, citra satelit BMKG juga melihat adanya persebaran hotspot pada 1.865 titik di Kalimantan.
Pantaun serupa juga terlihat di Semenanjung Malaysia 412 titik, serta di Serawak-Sabah 216 titik panas. Dwikorita mengatakan, mulai pagi hari ini terdeteksi asap ke Semenanjung Malaysia.
Dia melanjutkan, hasil pemantauan kondisi kualitas udara wilayah karhutla yang dilakukan BMKG, titik pemantauan partikel pencemar udara ukuran 10 mikron (PM10) di wilayah Pekanbaru Sumatra dalam kategori berbahaya yang menyentuh angka hingga mencapai 404,71 µg/m3 pada jam 12 siang ini. Sedangkan di wilayah Pontianak Kalimantan Barat dikategorikan dalam kondisi sedang dengan besaran konsentrasi 95,89 µg/m3 pada saat yang sama.
Dwikorita mengatakan, Pada Jumat (13/9) pukul 08.00 WIB mulai terdeteksi adanya sebaran asap yang memasuki wilayah Semenanjung Malaysia dan wilayah Serawak. Dia mengungkapkan, kondisi ini dimungkinkan karena adanya angin yang bertiup dari arah tenggara menuju ke Barat Laut. "BMKG terus melakukan pemantauan sebaran asap setiap jam," katanya.
Dwikorita mengimbau, kepedulian seluruh lapisan masyarakat untuk mencegah karhutla sangat diperlukan. Dia mengatakan, hal itu mengingat potensi terjadinya titik panas dan asap diprediksi masih dapat berlangsung hingga pertengahan Oktober seiring dengan masih berlangsungnya periode musim kemarau di sebagian wilayah Sumatra dan Kalimantan.
Oleh karena itu, dia mengatakan, sejak Juli lalu hingga saat ini BMKG terus memprediksi potensi kemudahan lahan terbakar, serta memonitor titik-titik panas dan sebaran asap. Lanjutnya, hasil pantauan dan prediksi menjadi dasar untuk melakukan pencegahan dan penanganan karhutla di lapangan oleh BNPB, KLHK dan Posko BPBD.