Kamis 12 Sep 2019 22:44 WIB

Kemarau, Debit Pengolahan Air PDAM Solo Turun

Tiga instalasi pengolahan air di PDAM Solo hanya mengolah 60 persen dari normal

Rep: Binti Sholikah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Perbaikan fasilitas PDAM (ilustrasi)
Foto: Antara
Perbaikan fasilitas PDAM (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Debit air yang diolah Perumda Air Minum (PDAM) Toya Wening Solo berkurang pada musim kemarau ini. Dari tiga instalasi pengolahan air (IPA), rata-rata hanya mengolah 60 persen dari kapasitas normal.

Direktur Teknik PDAM Toya Wening Solo, Tri Atmaja Sukomulyo, mengatakan, PDAM Solo memiliki tiga sumber mata air. Pertama, dari air Cokro Tulung di Klaten yang berjarak 30 kilometer dari Solo. Debit air yang diolah dari Cokro Tulung hampir 400 liter per detik atau rata-rata 387 liter per detik. Sumber kedua, dari sumur dalam yang jumlah mencapai 23 sumur dalam. Sumber ketiga dari air permukaan di tiga titik IPA yakni IPA Semanggi, IPA Jebres, dan IPA Jurug.

Baca Juga

"Kalau dari mata air dan sumur dalam (debitnya) stagnan. Artinya masih bisa mencukupi. Tapi dari air permukaan baru 60 persen yang kami olah. Dengan kondisi ini kami tidak bisa optimal dalam mengolah," jelasnya kepada wartawan di Solo, Kamis (12/9).

Dia menambahkan, IPA Semanggi baru mengolah 30 persen dari kapasitas maksimal. Dari kapasitas 300 liter per detik, IPA Semanggi baru bisa mengolah air 60 liter per detik. Debit tersebut akan ditingkatkan sesuai dengan kapasitasnya melalui pembangunan jaringan pipa dari pipa ACV dipindah ke pipa PVC agar lebih optimal. Beberapa waktu lalu, PDAM Solo baru mencairkan dana Rp 5 miliar untuk pembangunan jaringan pipa tersebut.

Sedangkan IPA Jebres dan Jurug debit air yang diolah juga berkurang. Keduanya baru bisa mengolah air dengan kapasitas 150 liter per detik.

"Karena kami ngolahnya tidak optimal. Karena kalau posisi kemarau ini banyak polutan ini kinerja media filter juga terganggu," ucapnya. Meski demikian, debit tersebut diklaim masih bisa mencukupi pelayanan di Kota Solo khususnya untuk 58 ribu pelanggan PDAM.

Kondisi kemarau diperparah dengan dengan ditemukannya pencemaran limbah di Sungai Bengawan Solo yang diduga berasal dari industri etanol pada Rabu (11/9). Akibatnya, PDAM Solo sempat menghentikan sementara operasional Instalasi Pengolahan Air (IPA) Semanggi di Kecamatan Pasar Kliwon pada Rabu pukul 08.00 WIB dan sudah dioperasionalkan kembali sore harinya pukul 16.00 WIB. Sepekan lalu, PDAM Solo juga menghentikan sementara operasional IPA Semanggi karena alasan yang sama.

Manajemen PDAM Solo langsung mengambil sampel air yang tercemar limbah tersebut. Sampel diambil dari empat lokasi yakni, Kali Samin, tempuran Kali Samin dan Sungai Bengawan Solo, sebelum tempuran Kali Samin dan Sungai Bengawan Solo, serta di dekat saluran pipa masukan IPA Semanggi.

"Sekarang kami menunggu hasil laboratorium yang berada di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Penyakit Menular Yogyakarta kurang lebih 10 hari," ungkapnya.

Pencemaran air Sungai Bengawan Solo tersebut juga ditindaklanjuti dengan laporan tertulis kepada Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah. Rencananya, bakal dilakukan rapat koordinasi dengan DLH Provinsi Jateng bersama DLH dari kota/kabupaten serta pelaku industri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement