Jumat 13 Sep 2019 00:17 WIB

Kemarau Panjang, Status Waduk Jatiluhur Kering

Pada musim kemarau, ketinggian muka air Waduk Jatiluhur terus mengalami penyusutan.

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Andri Saubani
Musim kemarau, TMA Waduk Jatiluhur masih normal.
Foto: Republika/Ita Nina Winarsih
Musim kemarau, TMA Waduk Jatiluhur masih normal.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Perum Jasa Tirta (PJT) II Jatiluhur, membatalkan pengeringan saluran irigasi di bulan September ini. Pasalnya, sampai saat ini masih ada aktivitas pertanian di lahan seluas 185 ribu hektare. Sehingga, program yang telah disetujui oleh gubernur itu, tidak bisa terealisasi di tahun ini.

Direktur Operasional dan Pengembangan PJT II Jatiluhur, Antonius Aris Sudjatmiko, mengatakan, saat ini pengeringan saluran irigasi ke wilayah hilir tidak memungkinkan. Salah satu alasannya, sekarang ini sedang memasuki puncak musim kemarau. Sehingga, suplai air untuk kepentingan irigasi tak mungkin disetop.

"Apalagi, ada 185 ribu hektare areal sawah yang masih ada aktivitas pertaniannya," ujar Aris, kepada Republika, Kamis (12/9).

Jika rencana ini terealisasikan, lanjut Aris, seharusnya air yang keluar dari Waduk Jatiluhur melalui dua hallow jet yang ada, tidak terlalu besar. Akan tetapi, kondisi saat ini air yang keluar untuk wilayah hilir, mencapai 185 meter kubik per detik.

Air yang keluar ini, dinilai sangat besar. Dengan kondisi ini, jelas memengaruhi ketinggian muka air (TMA) Waduk Jatiluhur. Saat ini, TMA waduk terbesar di Jabar ini, mencapai 95,01 meter di atas permukaan air laut.

Pada musim kemarau ini, TMA terus mengalami penyusutan. Penyebabnya, air yang keluar cenderung sangat besar. Lalu, air yang masuk dari Waduk Cirata melalui Sungai Citarum, debitnya sangat kecil.

"Bahkan, dua hari terakhir air yang masuk dari Cirata, jauh lebih kecil dari kesepakatan yang telah ditentukan oleh tim koordinasi pengoperasian bendungan kaskade Citarum (TKPBKC)," ujarnya.

Sehingga, sambung Aris, saat ini status Waduk Jatiluhur kondisinya kering. Bahkan, bisa dibilang sudah mendekati batas operasi normal bawah (BONB). Dengan begitu, perlu serangkaian langkah dan upaya untuk memertahankan volume air. Supaya, air di Waduk Jatiluhur ini tetap normal.

"Salah satunya dengan program hujan buatan (modifikasi cuaca). Saat ini, kita sedang membahas untuk program hujan buatan ini," jelas Aris.

Terkait dengan pengeringan saluran irigasi, Aris mengakui, kedepannya diharapkan pola operasi kembali seperti maksud awal dibangun bendungan ini. Saat itu, konsep pengelolaan berdasarkan one river one management dan kesepahaman serta kerja sama seluruh pemanfaat air. N  (Ita)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement