REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Makin luasnya dampak kekeringan di Kabupaten Banyumas, menyebabkan petugas BPBD yang melayani droping air bersih harus bekerja keras. "Saat ini, rata-rata ada 25 tangki permintaan air bersih per hari yang disampaikan ke BPBD. Jumlah permintaan tersebut tidak sebanding dengan jumlah mobil tangki air dan personel yang dimiliki BPBD, sehingga kami harus bekerja keras melayani permintaan bantuan air bersih," jelas Komandan Tim Reaksi Cepat BPBD Banyumas, Kusworo, Kamis (12/9).
Dia menyebutkan, jumlah armada truk pengangkut air yang dimiliki BPBD Banyumas hanya ada tiga unit. "Jumlah petugas lapangannya sebenarnya ada sebanyak 24 personel. Namun tidak semua personel tersebut bisa melakukan pengiriman air bersih, mengingat ada tugas lain yang juga harus dikerjakan," katanya.
Mengingat keterbatasan tersebut, maka personel BPBD yang bertugas melakukan pengiriman air bersih, dibagi dalam dua shift. Masing-masing shift berjumlah enam orang, dimana setiap armada truk tangki diawaki dua personel.
"Dengan keterbatasan armada dan personel ini, kami seringkali harus bekerja mulai jam 7 pagi hingga dinihari agar semua permintaan bantuan air bersih bisa terlayani seluruhnya," jelasnya.
Kusworo menyebutkan, dengan toga armada yang dimiliki BPBD, maka setiap truk tangki paling tidak harus mengirim air bersih ke delapan lokasi desa. Yang jadi masalah, lokasi pengambilan air dan lokasi droping, seringkali cukup jauh. "Kondisi seperti ini yang menyebabkan kami harus bekerja dari pagi hingga dinihari, agar semua desa yang mengajukan permintaan air bersih bisa terlayani," katanya.
Untuk itu, Kusworo menyebutkan, BPBD saat ini sedang menjajaki kemungkinan peminjaman truk tangki ke pihak lain. "Kalau bisa, sekaligus dengan personelnya, mengingat jumlah desa yang membutuhkan bantuan air bersih diperkirakan akan terus bertambah," katanya.
Dia menyebutkan, hingga saat ini tercatat ada sebanyak 58 desa di 18 kecamatan wilayah Kabupaten Banyumas mengalami kesulitan mendapat air bersih. Jumlah desa ini kemungkinan akan terus bertambah, mengingat kemarau diperkirakan baru akan berakhir pada pertengahan Oktober 2019.
Jumlah desa yang warganya mengalami krisis air bersih tersebut mengalami peningkatan signifikan dibanding 2018 silam. Dia menyebutkan, pada kamarau tahun lalu dampak kekeringan hanya dirasakan warga di desa-desa yang tersebar di sembilan wilayah kecamatan.