Kamis 12 Sep 2019 16:43 WIB

Mengenang Rintisan ICMI dan Habibie di Universitas Brawijaya

ICMI lahir di Kota Malang atas inisiasi mahasiswa yang diterima oleh Habibie

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Asisten rumah tangga merapikan perabotan dan foto almarhum Presiden ke-3 Republik Indonesia BJ Habibie di rumah milik ibunda RA Habibie di Bandung, Jawa Barat, Kamis (12/9/2019).
Foto: Antara/Novrian Arbi
Asisten rumah tangga merapikan perabotan dan foto almarhum Presiden ke-3 Republik Indonesia BJ Habibie di rumah milik ibunda RA Habibie di Bandung, Jawa Barat, Kamis (12/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID,  MALANG -- Duka mendalam masih menyelimuti Indonesia atas wafatnya Presiden ketiga RI, BJ Habibie. Tak terkecuali turut dirasakan pihak-pihak yang pernah berhubungan erat dengannya seperti Universitas Brawijaya (UB), Kota Malang.

Tak banyak tahu, UB memiliki keterkaitan sejarah kuat dengan BJ Habibie. Hal ini terutama pada pendirian Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) pada 7 Desember 1990. Kehadiran organisasi ini berkat inisiasi para mahasiswa di era tersebut.

Baca Juga

Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama, UB, Profesor Sasmito Djati mengatakan, kehadiran ICMI memang memiliki sejarah kuat pada perjuangan umat Islam. Di masa pembangunan tersebut, umat Islam selalu tersisih. "Setelah Indonesia sejahtera, umat Islam itu selalu ditinggal," kata Sasmito saat ditemui wartawan di Gedung A, Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) UB, Kota Malang, Kamis (12/9).

Kondisi tersebut, kata Sasmito, memang mudah dipahami karena umat Islam saat itu banyak kelemahan. Hal ini termasuk bagaimana kondisi kelompok intelektualnya. Berdasarkan situasi ini, timbul pembicaraan Islam moderat yang mampu diterima semua kelompok.

Dari situ, perguruan tinggi dipilih sebagai wadah untuk membicarakan konsep keislaman moderat tersebut. "Yang paling strategis, adalah perguruan tinggi. Perguruan tinggi relatif netral dalam kepentingan-kepentingan. Pada saat itu umat Islam ingin mengadakan International Conference, para intelektualnya kumpul dan kita pada saat itu menghadap Pak Habibie," jelas Sasmito.

Tanpa disangka, permintaan atas inisiasi mahasiswa tersebut diterima oleh Habibie. Bahkan, dia berkenan hadir dengan meminta izin terlebih dahulu pada Presiden kedua RI, Seoharto. Berkat dukungan itu, ICMI pun lahir di Kota Malang sehingga menjadi peristiwa besar bagi UB hingga saat ini. 

Di kegiatan serupa, Habibie terpilih sebagai Ketua ICMI pertama. Pemilihannya tidak lepas dari ikon teknorat Indonesia di mana umat Islam masih sangat lemah. "Kebanyakan santri dianggap orang kampung, orang pinggiran. Tapi pada waktu itu Pak Habibie justru menjadi inspirasi," jelasnya.

Menurut Sasmito, Habibie merupakan tokoh reformasi yang juga mampu menggiring Indonesia menjadi negara demokratis. Meski cara berpikirnya seperti orang barat, tapi jiwanya tetap Muslim. Hal ini yang menjadi sintesis luar biasa bagi Habibie.

Habibie juga menjadi ikon Muslim yang menunjukkan bahwa Islam sesungguhnya tidak bisa eksklusif. "Pada saat ini banyak berkembang eksklusivisme Islam, padahal tidak seperti itu harusnya. Harusnya inklusif dan harus bisa diterima semua kelompok," terang Sasmito.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement